EKONOMI digital atau e-commerce menjadi fokus Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pasific Economic Cooperation (KTT APEC) di Danang, Vietnam, pekan lalu. Di depan 20 pemimpin negara APEC, Presiden Jokowi menyatakan, "Saya mendorong APEC untuk memastikan bahwa ekonomi digital mendatangkan keuntungan bagi rakyat dan meningkatkan inklusivitas." (MI, 12/11).
Jaminan kepastian manfaat ekonomi digital bagi rakyat seperti memang penting. Sebab, dinamika e-commerce yang sangat tinggi belum tentu bisa diikuti oleh rakyat di kelas ekonomi mikro dan kecil.
Tingginya dinamika ekonomi digital bisa dilihat di ajang 11.11 Global Shopping Festival 2017, di saat sibuk-sibuknya server e-commerce Alibaba menangani 256 ribu transaksi per detik, dengan hasil penjualan penuh 24 jam hari itu mencapai 168,2 miliar yuan atau lebih dari Rp341 triliun.
Di balik rekor penjualan yang melampaui rekor tahun lalu 120,7 miliar yuan, transaksinya juga didominasi 82 brand terkenal seperti Nike, Xiaomi, dan Uniqlo (Kompas.com, 12/11). Itu pertanda penjualan produk usaha mikro dan kecil belum bisa dijadikan pelipur lara.
Cerminan produk branded mendominasi transaksi e-commerce di Indonesia juga bisa dilihat dari catatan Bappenas. Ini terkait peningkatan impor belanja daring yang signifikan hingga menyumbang pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017.
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyebut indikasi itu tampak karena tidak sedikit barang yang dibeli secara online berasal dari luar negeri lewat impor. "Impor kan ada banyak, salah satunya impor barang konsumsi. Mungkin kenaikan impor barang konsumsi karena kegiatan e-commerce, belanja online makin tinggi," ujar Bambang (Kompas.com, 13/11).
Belanja online impor hampir bisa dipastikan berupa produk branded terkenal, karena lewat belanja online lebih terjamin mendapat barang orisinal, dibanding belanja di pasar offline yang malah dapat produk imitasi KW-KW-an.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) impor barang dan jasa kuartal III 2017 tumbuh 15,09%, meningkat jauh dari kuartal III 2016 hanya 3,67%. Khusus untuk impor barang konsumsi, pada kuartal III 2017 itu meningkat 17,7%, dibanding kuartal III 2016 hanya 11,2%.
Bambang meyakini maraknya belanja online sebagai pendorong tingginya impor barang konsumsi. Artinya, untuk menjamin manfaat ekonomi digital bagi rakyat, pemerintah harus membina pengusaha mikro dan kecil agar mampu bersaing melawan industrialis merek terkenal dari luar negeri. **
*http://www.lampost.co/berita-ekonomi-digital-jadi-fokus-apec
*http://www.lampost.co/berita-ekonomi-digital-jadi-fokus-apec
0 komentar:
Posting Komentar