Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Gila, Retail Modern pun Berguguran!

RETAIL modern Departement Store Lotus dan Debenhams di Jakarta mengumumkan akan menutup gerai-gerai mereka. Sebelumnya 7-Eleven telah menutup seluruh puluhan gerai di Jabodetabek. Menyusul Matahari menutup gerai di Manggarai dan Blok M, diikuti Ramayana menutup sejumlah gerai.
Mengenai terpuruknya retail modern tersebut, Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) mengungkap hal "gila" yang membuat para pengusaha department store pusing dan memilih untuk menutup gerai-gerainya. "Cost (operasional department store) makin menggila," ujar Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta (Kompas.com, 26/10/2017).
Di tengah persaingan sesama retail, mereka juga harus berjuang untuk bertahan dari pesatnya perkembangan toko daring. Hal ini dinilai sebagai salah satu penyebab berkurangnya pengunjung pusat perbelanjaan.
Parahnya, tutur Tutum, biaya operasional department store kian hari justru semakin melonjak sehingga menambah pusing. "Sewa tempat makin tinggi, gaji pegawai tinggi, sementara orang yang datang makin sedikit," keluhnya.
Akibatnya, para pengusaha department store memilih untuk menutup beberapa gerainya. Hal itu dilakukan agar biaya operasional tidak semakin membengkak dan membebani keuangan perusahaan.
Lalu, para pengusaha department store juga ada yang beralih ke bisnis daring. Membuat online shop, tidak ada biaya sewa tempat dan pegawai seadanya, cost operasional tidak setinggi membuka gerai.
Terkait tutupnya satu per satu gerai retail modern, ekonom Indef, Bima Yudhistira, mengingatkan adanya potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang besar. Dalam kasus 7-Eleven saja sekitar 1.600 orang kena PHK. Dari rangkaian penutupan gerai-gerai retail modern selanjutnya Bima memperkirakan lebih 10 ribu orang yang kena PHK.
Sulitnya alih profesi dan tak mudahnya mendapatkan lapangan kerja baru bakal menjadi masalah sosial di tengah masyarakat. Suatu perhatian khusus dari Pemda DKI jelas diperlukan untuk memproses penyaluran ke lapangan kerja baru atau membuka kegiatan usaha sendiri bagi para korban PHK tersebut.
Munculnya barisan pengangguran baru akibat kemajuan teknologi yang membuat dunia usaha semakin efisien dalam tenaga kerja, sudah menjadi masalah universal. Di percetakan, hadirnya teknologi computer to plate (CTP) harus mengalih fungsi banyak karyawan bagian pracetak. Cara percetakan menghindari PHK itu layak menjadi contoh bidang usaha lain, juga peralihan dari department store ke online shop. ***

0 komentar: