BLUNDER Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel membuat ia kalah telak 9-128 dan 35 abstain di voting Majelis Umum PBB. Meski Trump mengancam bantuan AS disetop ke negara yang tidak mendukungnya, terbukti dari 193 negara anggota PBB, hanya tujuh negara kecil yang takut dan terpaksa jadi sekutunya: Guatemala, Honduras, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Palau, dan Togo.
Tampak jelas dengan sikap Trump yang gegabah itu. AS jadi terkucil dalam pergaulan dunia. Sekutu AS-Israel yang tersisa tinggal negara-negara kecil yang mayoritas penduduk bumi tak tahu di mana letak negeri sekutu itu.
Konsistennya sikap empat anggota permanen Dewan Keamanan (DK) PBB—Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok—menolak langkah Trump menjadikan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel sejak voting di DK sampai voting di Majelis Umum PBB membenamkan lebih dalam ambisi Trump.
Di sisi lain, tenggelamnya ambisi Trump itu menjadi peluang bagi kemerdekaan Palestina. Deklarasi Istanbul 13 Desember 2017 sebagai tekad perjuangan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk mewujudkan negara Palestina Merdeka dengan ibu kota Jerusalem Timur telah diadopsi negara-negara penolak klaim Trump atas Jerusalem. Hal itu secara tegas disampaikan Duta Besar Tiongkok di PBB Liu Jieyi dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menjelang voting menolak klaim Trump Kamis (21/12/2017), bahwa dunia mendukung kemerdekaan Palestina dengan ibu kota Jerusalem Timur.
Namun, untuk mewujudkan itu masih perlu beberapa langkah lagi. Pertama, mengganti AS sebagai sponsor perundingan Israel-Palestina.
Kedua, solusi dua negara yang selama ini digariskan masyarakat Internasional sebagai dasar perundingan Israel-Palestina perlu diperbaiki substansinya, dengan menambah materi yang memungkinkan masyarakat dunia bisa memaksa Israel untuk mengakui kemerdekaan Palestina. Selama ini kemerdekaan Palestina selalu terganjal oleh keharusan persetujuan Israel. Padahal, Israel justru senantiasa membuat masalah semakin rumit, hingga kemerdekaan Palestina dibuatnya mustahil.
Karena itu, Palestina menghendaki sponsor perundingan model P5+1 seperti yang menghasilkan kesepakatan nuklir. Kalau P5+1 dalam nuklir terdiri dari AS, Inggris, Prancis, Tiongkok, Rusia + Jerman, untuk perundingan Israel-Palestina PBB bisa membentuk P5+2 atau +3, dengan Arab Saudi, Mesir, dan Jordania sebagai + nya. Indonesia dan Turki dibantu OKI dan GNB menggalang pembentukan sponsor baru ini di PBB. ***
Konsistennya sikap empat anggota permanen Dewan Keamanan (DK) PBB—Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok—menolak langkah Trump menjadikan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel sejak voting di DK sampai voting di Majelis Umum PBB membenamkan lebih dalam ambisi Trump.
Di sisi lain, tenggelamnya ambisi Trump itu menjadi peluang bagi kemerdekaan Palestina. Deklarasi Istanbul 13 Desember 2017 sebagai tekad perjuangan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk mewujudkan negara Palestina Merdeka dengan ibu kota Jerusalem Timur telah diadopsi negara-negara penolak klaim Trump atas Jerusalem. Hal itu secara tegas disampaikan Duta Besar Tiongkok di PBB Liu Jieyi dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menjelang voting menolak klaim Trump Kamis (21/12/2017), bahwa dunia mendukung kemerdekaan Palestina dengan ibu kota Jerusalem Timur.
Namun, untuk mewujudkan itu masih perlu beberapa langkah lagi. Pertama, mengganti AS sebagai sponsor perundingan Israel-Palestina.
Kedua, solusi dua negara yang selama ini digariskan masyarakat Internasional sebagai dasar perundingan Israel-Palestina perlu diperbaiki substansinya, dengan menambah materi yang memungkinkan masyarakat dunia bisa memaksa Israel untuk mengakui kemerdekaan Palestina. Selama ini kemerdekaan Palestina selalu terganjal oleh keharusan persetujuan Israel. Padahal, Israel justru senantiasa membuat masalah semakin rumit, hingga kemerdekaan Palestina dibuatnya mustahil.
Karena itu, Palestina menghendaki sponsor perundingan model P5+1 seperti yang menghasilkan kesepakatan nuklir. Kalau P5+1 dalam nuklir terdiri dari AS, Inggris, Prancis, Tiongkok, Rusia + Jerman, untuk perundingan Israel-Palestina PBB bisa membentuk P5+2 atau +3, dengan Arab Saudi, Mesir, dan Jordania sebagai + nya. Indonesia dan Turki dibantu OKI dan GNB menggalang pembentukan sponsor baru ini di PBB. ***
0 komentar:
Posting Komentar