SAAT ini, usaha kecil menengah (UKM) yang telah aktif memasarkan maupun aktif dalam proses jual beli di Bukalapak, menurut Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, telah mencapai 2 juta usaha. Untuk selanjutnya, Menteri berharap Bukalapak bisa menjaring hingga 4 juta UKM pada 2019.
"Saya yakin akan hal itu karena memang perkembangan Bukalapak sangat pesat. Awal 2016 lalu saya pernah bertanya jumlahnya, UKM di Bukalapak, katanya baru sekitar 400-an UKM. Sekarang jumlahnya sudah mencapai 2 juta lebih. Jadi, kalau pada 2019 nanti bisa menembus jumlah 4 juta UKM, bukan sesuatu yang sulit," ujar Puspayoga pada acara Kopdar Akbar 2017 Komunitas Bukalapak. (Kompas.com, 25/11/2017)
"Saya mengapresiasi pertumbuhan Bukalapak dan memang pola pemasaran online atau e-market seperti ini yang paling pas dan cocok dengan kondisi masyarakat sekarang," tambah Puspayoga.
Sementara CEO Bukalapak Achmad Zaky menyatakan Bukalapak bukan sekadar e-commerce company. Bukalapak punya misi agar pelaku UKM di Indonesia bisa tumbuh menjadi usaha besar.
"UKM harus didukung untuk menjadi besar. Di komunitas Bukalapak ini, kami belajar bersama dan maju bersama," kata Zaky.
Dengan misi market place umumnya sedemikian, perhatian pemerintah terhadap bisnis daring seperti dari Menteri Koperasi dan UKM, jelas penting. Sebab, pelayanan market place terhadap UKM tidak dipungut bayaran, butuh pengorbanan yang tidak kecil. Apalagi dengan sistem pembayaran aman di Bukalapak, pedagang baru mengirim barang ke pemesan setelah diberi tahu uangnya telah diterima Bukalapak, diperlukan biaya komunikasi dan transfer lebih besar.
Besarnya pengorbanan market place bisa dilihat pada pengalaman Bukalapak, yang hanya bisa bertahan berkat dukungan sejumlah investor. Contohnya tampak pada laporan keuangan Emtek (pemilik 49% saham Bukalapak) 2015 Bukalapak merugi Rp299 miliar dengan pemasukan (hanya) Rp6,4 miliar.
Itu karena Bukalapak memfasilitasi gratis bisnis UKM, sedang penghasilan dari pengusaha produk branded yang bisa dikutip bayaran belum memadai. Bandingkan jika peran produk branded sudah lancar, seperti Alibaba pada ajang 11.11 Global (11 November 2017), dalam 48 jam 82 merek terkenal menghasilkan transaksi Rp341 triliun.
Pengorbanan market place membina UKM layak jadi perhatian pemerintah, bukan malah membebani mereka. Seperti ujuk-ujuk mau memajaki e-commerce, padahal mereka bisa bertahan berkat investor asing. ***
"Saya mengapresiasi pertumbuhan Bukalapak dan memang pola pemasaran online atau e-market seperti ini yang paling pas dan cocok dengan kondisi masyarakat sekarang," tambah Puspayoga.
Sementara CEO Bukalapak Achmad Zaky menyatakan Bukalapak bukan sekadar e-commerce company. Bukalapak punya misi agar pelaku UKM di Indonesia bisa tumbuh menjadi usaha besar.
"UKM harus didukung untuk menjadi besar. Di komunitas Bukalapak ini, kami belajar bersama dan maju bersama," kata Zaky.
Dengan misi market place umumnya sedemikian, perhatian pemerintah terhadap bisnis daring seperti dari Menteri Koperasi dan UKM, jelas penting. Sebab, pelayanan market place terhadap UKM tidak dipungut bayaran, butuh pengorbanan yang tidak kecil. Apalagi dengan sistem pembayaran aman di Bukalapak, pedagang baru mengirim barang ke pemesan setelah diberi tahu uangnya telah diterima Bukalapak, diperlukan biaya komunikasi dan transfer lebih besar.
Besarnya pengorbanan market place bisa dilihat pada pengalaman Bukalapak, yang hanya bisa bertahan berkat dukungan sejumlah investor. Contohnya tampak pada laporan keuangan Emtek (pemilik 49% saham Bukalapak) 2015 Bukalapak merugi Rp299 miliar dengan pemasukan (hanya) Rp6,4 miliar.
Itu karena Bukalapak memfasilitasi gratis bisnis UKM, sedang penghasilan dari pengusaha produk branded yang bisa dikutip bayaran belum memadai. Bandingkan jika peran produk branded sudah lancar, seperti Alibaba pada ajang 11.11 Global (11 November 2017), dalam 48 jam 82 merek terkenal menghasilkan transaksi Rp341 triliun.
Pengorbanan market place membina UKM layak jadi perhatian pemerintah, bukan malah membebani mereka. Seperti ujuk-ujuk mau memajaki e-commerce, padahal mereka bisa bertahan berkat investor asing. ***
0 komentar:
Posting Komentar