Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Meneguhkan Budaya Harmoni (2)

HAL itu terjadi karena budaya Lampung punya dasar semangat yang kokoh sebagai fondasi sikap pengamalnya sehingga teguh dengan integritas dan kredibilitas kepribadiannya. Dasar sikap tersebut pi'il pesinggiri, yang menempa setiap pribadi kokoh pada pendirian dalam menjaga kehormatan, harkat, martabat dan harga diri, pribadi, keluarga, serta kaumnya.
Dalam menjaga integritas (kehormatan) dan kredibilitas (ketepercayaan) sebagai fondasi moralitas pengamal budaya, bisa dipastikan tak bisa ditawar-tawar. Dengan fondasi yang kokoh itu, substansi dan esensi budaya Lampung tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan—senantiasa aktual terus.
Kokohnya fondasi dan senantiasa terjaganya keaktualan budaya pada zamannya itu berkat cukup fleksibelnya peranti kulturalnya dalam mengikuti perkembangan zaman. Bejuluk beadek, contohnya, mendorong warga budayanya dengan keharusan berupaya untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas pribadinya di tengah masyarakat dengan menapaki mobilitas vertikal status sosial menuju tingkatan yang sempurna.
Di era modern sekarang ini pun, ada kecenderungan dalam pengamalan prinsip bejuluk beadek itu selain upaya mencapai gelar-gelar adat, juga tak sedikit yang berorientasi pada peraihan gelar-gelar akademis maupun kedudukan di birokrasi pemerintahan sesuai tuntutan posisi sosial masyarakat kekinian. Ini menjadikan sumber daya manusia (SDM) dari warga budaya Lampung tak tertinggal dalam peningkatan stratifikasi sosial masyarakat modern.
Tercipta dan terpeliharanya harmoni dalam masyarakat Lampung yang heterogen juga berkat prinsip nemui nyimah, yang membuat pengamal budaya Lampung bersikap ramah, sopan, dan bersahabat pada tamu.
Amalan prinsip ini sudah dibuktikan sepanjang sejarah transmigrasi sejak 1905, demikianlah adanya penerimaan warga budaya Lampung terhadap transmigran yang datang dan bermukim di kampungnya.
Berikutnya prinsip nengah nyappur, peranti yang menjadikan budaya Lampung dinamis. Prinsip ini mendorong warga aktif dalam pergaulan dengan mengemukakan pikiran dan pendapat dalam musyawarah-mufakat. Terkait masalah penting, musyawarah dilakukan majelis para penyimbang. Dengan prinsip ini budaya Lampung akan selalu fleksibel mengikuti perkembangan zaman.
Terakhir prinsip sakai sembayan, semangat gotong royong, jiwa sosial dan dorongan untuk berbuat baik terhadap sesama. Demikianlah, peran transmigran sepanjang sejarah memomong budaya harmoni di Lampung. (Habis) ***

0 komentar: