CHIEF Executive Officer (CEO) Nokia, Rajeev Suri, sambil meneteskan air mata berkata, "Kami tidak melakukan kesalahan apa pun, tiba-tiba kami kalah dan punah". Ratapan itu ia sampaikan pada konferensi pers terakhir saat ia mengumumkan pembelian Nokia oleh Microsoft. (Kaskus, 29/2/2016)
Itulah disrupsi atau disruption, musuh tidak terlihat, tahu-tahu muncul di depan sang raksasa (Nokia) yang membuatnya seketika tak berdaya justru saat di puncak kejayaannya menguasai pasar ponsel sedunia. Kisah jatuhnya Nokia itu menjadi salah satu pendorong bagi Rhenald Kasali, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), menulis buku Disruption. (Kompas.com, 17/2/2017)
Dunia tengah menyaksikan runtuhnya perusahan-perusahaan besar, para pemilik merek yang beberapa dekade lalu berkibar begitu memesona. Semua industri bertarung menghadapi lawan-lawan baru yang tidak terlihat, tetapi tiba-tiba menjadi besar. Bahkan bisa langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara daring, melalui ponsel pintar.
"Para pemain lama (incumbent) tidak bisa mendeteksi karena lawan-lawan berada di luar jangkauan radar mereka," jelas Rheinald dalam buku tersebut. Saat dunia berubah, industri lama terdisrupsi tanpa bisa terelakkan lagi.
Untuk Indonesia ia angkat contoh kasus Blue Bird yang selama bertahun-tahun menguasai pasar transportasi, ini kalah oleh mobil-mobil yang tidak terlihat bermerek taksi tetapi beroperasi layaknya taksi.
Pada diskusi terakhir, Rhenald menyatakan disrupsi berlangsung terus-menerus, makin menguat, sejalan dengan berkembangnya teknologi. Disrupsi masih sangat panjang, tetapi prosesnya akan berlangsung sangat cepat. (Kompas.com, 7/12/2017)
Ketika para scientist di berbagai belahan dunia tengah membawa hari esok (The Future) ke hari ini, kita banyak menemukan pemimpin, politikus, birokrat, bahkan juga pengusaha dan eksekutif yang masih membawa logika masa lalu (The Past) ke dalam pijakan hari ini.
Kita praktis hanya berkutat hari ini untuk hari ini. Bahkan terbelenggu oleh kebiasaan dan cara pandang kemarin untuk solusi hari ini.
Tanpa kecuali di kalangan ilmuwan kita, Rhenald melihat ironika. Ketika para ilmuwan di seluruh dunia sudah memasuki penilaian dengan impact (apa yang kamu telah hasilkan dan berdampak pada kehidupan), para ilmuwan kampus kita baru saja belajar menulis karya ilmiah agar dimuat dalam jurnal internasional dan di stasi via Scopus. ***
Dunia tengah menyaksikan runtuhnya perusahan-perusahaan besar, para pemilik merek yang beberapa dekade lalu berkibar begitu memesona. Semua industri bertarung menghadapi lawan-lawan baru yang tidak terlihat, tetapi tiba-tiba menjadi besar. Bahkan bisa langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara daring, melalui ponsel pintar.
"Para pemain lama (incumbent) tidak bisa mendeteksi karena lawan-lawan berada di luar jangkauan radar mereka," jelas Rheinald dalam buku tersebut. Saat dunia berubah, industri lama terdisrupsi tanpa bisa terelakkan lagi.
Untuk Indonesia ia angkat contoh kasus Blue Bird yang selama bertahun-tahun menguasai pasar transportasi, ini kalah oleh mobil-mobil yang tidak terlihat bermerek taksi tetapi beroperasi layaknya taksi.
Pada diskusi terakhir, Rhenald menyatakan disrupsi berlangsung terus-menerus, makin menguat, sejalan dengan berkembangnya teknologi. Disrupsi masih sangat panjang, tetapi prosesnya akan berlangsung sangat cepat. (Kompas.com, 7/12/2017)
Ketika para scientist di berbagai belahan dunia tengah membawa hari esok (The Future) ke hari ini, kita banyak menemukan pemimpin, politikus, birokrat, bahkan juga pengusaha dan eksekutif yang masih membawa logika masa lalu (The Past) ke dalam pijakan hari ini.
Kita praktis hanya berkutat hari ini untuk hari ini. Bahkan terbelenggu oleh kebiasaan dan cara pandang kemarin untuk solusi hari ini.
Tanpa kecuali di kalangan ilmuwan kita, Rhenald melihat ironika. Ketika para ilmuwan di seluruh dunia sudah memasuki penilaian dengan impact (apa yang kamu telah hasilkan dan berdampak pada kehidupan), para ilmuwan kampus kita baru saja belajar menulis karya ilmiah agar dimuat dalam jurnal internasional dan di stasi via Scopus. ***
0 komentar:
Posting Komentar