ADA data terbaru dari Bank Dunia bila dipadu dengan data BPS hasilnya mengejutkan. Yakni, data Bank Dunia mengenai kelas menengah masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia (Kompas.com, 4/12/2017), 52 juta orang atau 20% penduduk Indonesia masuk kelas menengah berkontribusi 43% dari total konsumsi rumah tangga.
Bila data itu dipadukan dengan data rilis Badan Pusat Statistik (BPS, 6/11/2017), Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menyebutkan kontribusi 20% penduduk yang masuk kelas atas menguasai 46%, maka 40% penduduk yang terdiri dari 20% kelas menengah dan 20% kelas atas menguasai 89% perekonomian Indonesia.
Tak ayal lagi, 60% penduduk lapisan sisanya mengerubuti hanya 11% kue perekonomian nasional. Tentu saja kita berharap kompilasi data ini hasilnya keliru, namun amat susah bagi kita untuk tidak mengakui kebenaran data Bank Dunia dan BPS.
Di balik 100 juta orang penduduk menguasai 89% perekonomian nasional dan 150 juta orang penduduk lainnya kecipratan 11% saja, cerita Bank Dunia amat menarik tentang 45% penduduk lainnya merupakan kelompok yang ingin naik menjadi kelas menengah. Artinya, mereka belum mencapai tingkat kemapanan ekonomi dan belum memiliki gaya hidup kelas menengah.
Jika kelompok yang ingin menjadi kelas menengah gagal naik tingkat ekonominya, tulis Bank Dunia, hal ini mungkin akan berdampak pada masyarakat yang lebih terpolarisasi dan terpecah.
"Kelas menengah memegang kunci untuk membuka potensi Indonesia. Penting bagi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan kelompok ini di semua lini," kata Rodrigo A Chaves, country director Bank Dunia untuk Indonesia.
Bank Dunia menyatakan kelas menengah bisa menjadi pendukung kuat tata kelola yang lebih baik, memberi pendapatan lewat pajak yang diperlukan untuk menyediakan layanan umum seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, serta memulai usaha yang menciptakan lapangan kerja.
Di balik pentingnya peran kelas menengah itu, tentu tak boleh dilupakan nasib 60% penduduk yang cuma kecipratan 11% kue nasional. Lebih butuh perhatian lagi, 36% dari jumlah penduduk belum memiliki rekening bank. Mereka bagian dari 45% penduduk yang berusaha naik tingkat ke kelas menengah.
Untuk itu, kalau Bank Dunia meluncurkan program Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class pada awal 2018, orientasi terpentingnya tentu menyangga yang 45% mau naik tingkat ke kelas menengah itu, jangan sampai rontok dan menjadi krisis sosial. ***
Tak ayal lagi, 60% penduduk lapisan sisanya mengerubuti hanya 11% kue perekonomian nasional. Tentu saja kita berharap kompilasi data ini hasilnya keliru, namun amat susah bagi kita untuk tidak mengakui kebenaran data Bank Dunia dan BPS.
Di balik 100 juta orang penduduk menguasai 89% perekonomian nasional dan 150 juta orang penduduk lainnya kecipratan 11% saja, cerita Bank Dunia amat menarik tentang 45% penduduk lainnya merupakan kelompok yang ingin naik menjadi kelas menengah. Artinya, mereka belum mencapai tingkat kemapanan ekonomi dan belum memiliki gaya hidup kelas menengah.
Jika kelompok yang ingin menjadi kelas menengah gagal naik tingkat ekonominya, tulis Bank Dunia, hal ini mungkin akan berdampak pada masyarakat yang lebih terpolarisasi dan terpecah.
"Kelas menengah memegang kunci untuk membuka potensi Indonesia. Penting bagi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan kelompok ini di semua lini," kata Rodrigo A Chaves, country director Bank Dunia untuk Indonesia.
Bank Dunia menyatakan kelas menengah bisa menjadi pendukung kuat tata kelola yang lebih baik, memberi pendapatan lewat pajak yang diperlukan untuk menyediakan layanan umum seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, serta memulai usaha yang menciptakan lapangan kerja.
Di balik pentingnya peran kelas menengah itu, tentu tak boleh dilupakan nasib 60% penduduk yang cuma kecipratan 11% kue nasional. Lebih butuh perhatian lagi, 36% dari jumlah penduduk belum memiliki rekening bank. Mereka bagian dari 45% penduduk yang berusaha naik tingkat ke kelas menengah.
Untuk itu, kalau Bank Dunia meluncurkan program Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class pada awal 2018, orientasi terpentingnya tentu menyangga yang 45% mau naik tingkat ke kelas menengah itu, jangan sampai rontok dan menjadi krisis sosial. ***
0 komentar:
Posting Komentar