DATA Crunchbase yang dikutip CNN-Indonesia dari AFP (8/10/2017) menyebut Go-Jek mendapat suntikan investasi senilai 1,2 miliar dolar AS dari JD.com, tentakel Tencent Holdings milik Ma Huateng asal Tiongkok, pada Mei 2017. Dengan itu Go-Jek mencatat rekor investasi terbesar dalam bisnis daring di Indonesia tahun ini.
Nilai investasi Go-Jek itu lebih besar dari suntikan Alibaba milik Jack Ma, juga asal Tiongkok, kepada Lazada sebesar 1 miliar dolar AS dan kepada Tokopedia sebesar 1,1 miliar dolar AS, pada tahun yang sama.
Pada Oktober 2017, sebuah start up Indonesia, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS), perusahaan teknologi penyedia jasa online to offline (O2O) mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). KIOS yang dipimpin Jasin Halim menjadi emiten saham ke 558 di BEI, melepas ke publik 150 juta saham dengan harga perdana Rp300 per saham.
Tahun sebelumnya, menurut survei CB Insight, sejumlah investor menyuntik start up bisnis daring Indonesia sebesar 662 juta dolar AS, atau setara Rp9 triliun. Penyuntik investasi start up Indonesia itu termasuk pemodal ventura besar Sequoia Capital dari AS dan Rakuten Ventures dari Jepang.
Ramainya investor raksasa dunia menyuntik modal start up Indonesia tidak terlepas dari potensi besarnya pasar Indonesia dengan penduduk 250 juta orang. itu diperkuat laporan Google dan holding BUMN Singapura Temasek 2016, bahwa pengguna internet berkembang pesat di Asia Tenggara dibanding wilayah lain dunia, dengan pertambahan 124 ribu orang mendapat akses daring setiap hari selama lima tahun ke depan.
Pada 2020, diperkirakan 480 juta orang akan terhubung internet, naik dari 260 juta tahun lalu. Laporan Google menyebut pasar telepon genggam akan menjadi setengah dari pasar bisnis daring (e-commerce) Asia Tenggara pada 2025, dengan nilai diperkirakan 46 miliar dolar AS (Rp621 triliun dengan kurs Rp13.500/dolar AS).
"Jika Anda memulai bisnis start up di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia, biaya usaha juga waktunya sama. Namun di Indonesia (pertumbuhannya) tidak terbatas—pasarnya sangat besar," kata Wilson Cuaca dari East Ventires.
Namun, penguasaan yang demikian cepat bisnis daring Indonesia oleh raksasa dunia membutuhkan langkah khusus menciptakan keseimbangan. Rencana Presiden Jokowi mendirikan 1.000 start up lokal bernilai 10 miliar pada 2020, harus dipercepat jadi 2018. Kalau terlambat, kita bisa cuma jadi kuli investor asing. ***
Pada Oktober 2017, sebuah start up Indonesia, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS), perusahaan teknologi penyedia jasa online to offline (O2O) mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). KIOS yang dipimpin Jasin Halim menjadi emiten saham ke 558 di BEI, melepas ke publik 150 juta saham dengan harga perdana Rp300 per saham.
Tahun sebelumnya, menurut survei CB Insight, sejumlah investor menyuntik start up bisnis daring Indonesia sebesar 662 juta dolar AS, atau setara Rp9 triliun. Penyuntik investasi start up Indonesia itu termasuk pemodal ventura besar Sequoia Capital dari AS dan Rakuten Ventures dari Jepang.
Ramainya investor raksasa dunia menyuntik modal start up Indonesia tidak terlepas dari potensi besarnya pasar Indonesia dengan penduduk 250 juta orang. itu diperkuat laporan Google dan holding BUMN Singapura Temasek 2016, bahwa pengguna internet berkembang pesat di Asia Tenggara dibanding wilayah lain dunia, dengan pertambahan 124 ribu orang mendapat akses daring setiap hari selama lima tahun ke depan.
Pada 2020, diperkirakan 480 juta orang akan terhubung internet, naik dari 260 juta tahun lalu. Laporan Google menyebut pasar telepon genggam akan menjadi setengah dari pasar bisnis daring (e-commerce) Asia Tenggara pada 2025, dengan nilai diperkirakan 46 miliar dolar AS (Rp621 triliun dengan kurs Rp13.500/dolar AS).
"Jika Anda memulai bisnis start up di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia, biaya usaha juga waktunya sama. Namun di Indonesia (pertumbuhannya) tidak terbatas—pasarnya sangat besar," kata Wilson Cuaca dari East Ventires.
Namun, penguasaan yang demikian cepat bisnis daring Indonesia oleh raksasa dunia membutuhkan langkah khusus menciptakan keseimbangan. Rencana Presiden Jokowi mendirikan 1.000 start up lokal bernilai 10 miliar pada 2020, harus dipercepat jadi 2018. Kalau terlambat, kita bisa cuma jadi kuli investor asing. ***
0 komentar:
Posting Komentar