BANK Dunia merilis laporan aneh 4 Desember 2017, judulnya Riding the Wave: An East Asian Miracle for the 21st Century (Menaiki Gelombang: Sebuah Keajaiban Asia Timur Abad Ke-21). Intinya, pendapatan dan kekayaan di Asia Timur menjadi semakin terkonsentrasi, sementara akses layanan umum dasar tetap terbatas dan sering berkualitas rendah.
Hal terkait ketidakmerataan merupakan kekhawatiran yang terus bertambah bagi banyak warga negara di kawasan ini. Lebih dari 90% warga di Tiongkok dan lebih dari setengah di Filipina berpikir bahwa perbedaan pendapatan di negara mereka terlalu besar. Di Indonesia, hampir 90% dari populasi berpikir bahwa masalah ketidakmerataan sudah sangat mendesak untuk diatasi (www.worldbank.org).
Ketimpangan pendapatan dan kekayaan itu tecermin jelas dalam laporan 50 orang terkaya di Indonesia dari majalah Forbes yang dielaborasi CNN Indonesia (18/12/2017). Nilai total kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia melonjak dari 99 miliar dolar AS pada 2016 menjadi 126 miliar dolar AS pada 2017, naik 26% lebih. Dengan ekonomi Indonesia 2017 tumbuh sekitar 5,1%, terlihat betapa serius konsentrasi pendapatan dan kekayaan di negeri ini.
Lebih parah lagi ketimpangan itu kalau ditarik lebih ke atas, lonjakan kekayaan 10 orang terkaya di Indonesia jauh lebih fantastis lagi. Di peringkat 10, Jogi Hendra Atmadja, Group Mayora, dari Rp11 triliun (2016) menjadi Rp36 triliun (2017), naik lebih 200%.
Di posisi 9, Mochtar Riadi, Lippo Group, dari Rp25 triliun menjadi Rp40 triliun, naik 57%. Di posisi 3 Susilo Wonowidjojo, Gudang Garam, dari Rp96 triliun menjadi Rp118 triliun, naik 23,9%.
Di posisi 2, Eka Tjipta Widjaja, Sinar Mas, dari Rp75 triliun menjadi Rp123 triliun, naik 62,5%. Di posisi 1, Rudi Budi Hartono/Michael Hartono, Djarum Group/BCA, dari Rp231 triliun menjadi 436 triliun, naik 88,8%.
Dari lonjakan kekayaan orang-orang terkaya Indonesia hanya dalam waktu satu tahun yang fantastis itu, pantaslah kalau dilukiskan Bank Dunia si kaya menaiki gelombang ajaib abad ini, sehingga hampir 90% penduduk berpikir masalah ketidakmerataan sudah sangat mendesak untuk diatasi.
Untuk itu, Bank Dunia menyarankan perlunya negara mengadopsi pemikiran baru untuk mencapai pertumbuhan inklusif di masa depan, yang mengurangi kemiskinan dan menyediakan ruang untuk mobilitas ke atas serta kemapanan ekonomi bagi semua—harus melakukan upaya lebih dibanding model sebelumnya sekalipun pernah berhasil. ***
Ketimpangan pendapatan dan kekayaan itu tecermin jelas dalam laporan 50 orang terkaya di Indonesia dari majalah Forbes yang dielaborasi CNN Indonesia (18/12/2017). Nilai total kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia melonjak dari 99 miliar dolar AS pada 2016 menjadi 126 miliar dolar AS pada 2017, naik 26% lebih. Dengan ekonomi Indonesia 2017 tumbuh sekitar 5,1%, terlihat betapa serius konsentrasi pendapatan dan kekayaan di negeri ini.
Lebih parah lagi ketimpangan itu kalau ditarik lebih ke atas, lonjakan kekayaan 10 orang terkaya di Indonesia jauh lebih fantastis lagi. Di peringkat 10, Jogi Hendra Atmadja, Group Mayora, dari Rp11 triliun (2016) menjadi Rp36 triliun (2017), naik lebih 200%.
Di posisi 9, Mochtar Riadi, Lippo Group, dari Rp25 triliun menjadi Rp40 triliun, naik 57%. Di posisi 3 Susilo Wonowidjojo, Gudang Garam, dari Rp96 triliun menjadi Rp118 triliun, naik 23,9%.
Di posisi 2, Eka Tjipta Widjaja, Sinar Mas, dari Rp75 triliun menjadi Rp123 triliun, naik 62,5%. Di posisi 1, Rudi Budi Hartono/Michael Hartono, Djarum Group/BCA, dari Rp231 triliun menjadi 436 triliun, naik 88,8%.
Dari lonjakan kekayaan orang-orang terkaya Indonesia hanya dalam waktu satu tahun yang fantastis itu, pantaslah kalau dilukiskan Bank Dunia si kaya menaiki gelombang ajaib abad ini, sehingga hampir 90% penduduk berpikir masalah ketidakmerataan sudah sangat mendesak untuk diatasi.
Untuk itu, Bank Dunia menyarankan perlunya negara mengadopsi pemikiran baru untuk mencapai pertumbuhan inklusif di masa depan, yang mengurangi kemiskinan dan menyediakan ruang untuk mobilitas ke atas serta kemapanan ekonomi bagi semua—harus melakukan upaya lebih dibanding model sebelumnya sekalipun pernah berhasil. ***
0 komentar:
Posting Komentar