PRESIDEN Joko Widodo memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya kepada 36 ribu guru di Stadion Patriot, Bekasi, Sabtu (2/12/2017). Penghormatan tersebut Jokowi berikan saat memberi sambutan pada upacara peringatan Hari Guru Nasional yang bertepatan dengan HUT ke-72 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jokowi mengucapkan terima kasih kepada para guru yang telah mendidiknya. "Saya menjadi presiden karena jasa guru," ujar dia lalu membungkukkan tubuhnya di podium.
"Oleh sebab itu, sekali lagi saya menyampaikan hormat takzim kepada para guru yang telah mendidik saya, sehingga saya menjadi presiden. Saya tidak bisa menjadi presiden tanpa peran besar guru-guru saya." (metrotvnews.com, 2/12/2017).
Jokowi menilai guru merupakan profesi penting karena memiliki peran membentuk karakter manusia yang menjadi kunci keberhasilan suatu bangsa. "Guru bukan sekadar mengajar, saya titipkan masa depan bangsa ini kepada guru, menerangi jiwa anak-anak kita agar tumbuh pribadi-pribadi yang sehat, matang. Merdekakan jiwa anak dengan inklusif. Kita titip betul kepada para guru agar bijak menggunakan media sosial. Buat jalinan kerja sama yang baik antara guru, orang tua, dan masyarakat," harap Presiden Jokowi.
Harapan Presiden itu jelas bersimpul pada kemajuan pendidikan Indonesia dengan peningkatan terus-menerus kualitasnya. Namun, meski kualitasnya terus meningkat, laju kemajuan pendidikannya dibanding sesama negara ASEAN masih tertinggal. Salah satunya dibanding Vietnam, seperti diangkat Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia dan Vietnam sama-sama mengalokasikan 20% dari APBN untuk bidang pendidikan. Namun, kualitas hasil pendidikannya Vietnam di atas Indonesia. "Hasilnya Indonesia skor di 64—68, dan Vietnam itu 80-an," ujar Sri Mulyani.
Kenapa kualitas pendidikan Indonesia lebih rendah dari di Vietnam. Salah satunya faktor guru, Indonesia masih menggunakan banyak guru honorer, yang selain penghasilannya amat rendah, pembinaan kualitasnya juga relatif kurang. Laju kemajuan pendidikan Indonesia jadi lebih lambat.
Seperti laju konvoi kendaraan ditentukan oleh kendaraan yang paling lambat, laju konvoi pendidikan Indonesia juga ditentukan oleh derita guru honorer yang malang. Kita bisa ditertawakan dunia, mau mencapai kualitas pendidikan skor di atas 80-an dengan guru berhonor Rp400 ribu per bulan. CPNS-kan dulu semua guru honorer, baru berharap kualitas pendidikan kelas A. ***
"Oleh sebab itu, sekali lagi saya menyampaikan hormat takzim kepada para guru yang telah mendidik saya, sehingga saya menjadi presiden. Saya tidak bisa menjadi presiden tanpa peran besar guru-guru saya." (metrotvnews.com, 2/12/2017).
Jokowi menilai guru merupakan profesi penting karena memiliki peran membentuk karakter manusia yang menjadi kunci keberhasilan suatu bangsa. "Guru bukan sekadar mengajar, saya titipkan masa depan bangsa ini kepada guru, menerangi jiwa anak-anak kita agar tumbuh pribadi-pribadi yang sehat, matang. Merdekakan jiwa anak dengan inklusif. Kita titip betul kepada para guru agar bijak menggunakan media sosial. Buat jalinan kerja sama yang baik antara guru, orang tua, dan masyarakat," harap Presiden Jokowi.
Harapan Presiden itu jelas bersimpul pada kemajuan pendidikan Indonesia dengan peningkatan terus-menerus kualitasnya. Namun, meski kualitasnya terus meningkat, laju kemajuan pendidikannya dibanding sesama negara ASEAN masih tertinggal. Salah satunya dibanding Vietnam, seperti diangkat Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia dan Vietnam sama-sama mengalokasikan 20% dari APBN untuk bidang pendidikan. Namun, kualitas hasil pendidikannya Vietnam di atas Indonesia. "Hasilnya Indonesia skor di 64—68, dan Vietnam itu 80-an," ujar Sri Mulyani.
Kenapa kualitas pendidikan Indonesia lebih rendah dari di Vietnam. Salah satunya faktor guru, Indonesia masih menggunakan banyak guru honorer, yang selain penghasilannya amat rendah, pembinaan kualitasnya juga relatif kurang. Laju kemajuan pendidikan Indonesia jadi lebih lambat.
Seperti laju konvoi kendaraan ditentukan oleh kendaraan yang paling lambat, laju konvoi pendidikan Indonesia juga ditentukan oleh derita guru honorer yang malang. Kita bisa ditertawakan dunia, mau mencapai kualitas pendidikan skor di atas 80-an dengan guru berhonor Rp400 ribu per bulan. CPNS-kan dulu semua guru honorer, baru berharap kualitas pendidikan kelas A. ***
0 komentar:
Posting Komentar