PERNYATAAN sikap Din Syamsuddin, ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, atas Reuni 212 viral di media sosial pada Kamis (30/11/2017). Usahanya mencapai izzul Islam wal muslimin di Indonesia menarik sebagai bahan diskusi.
Din menulis (1) Setiap dan semua orang/kelompok mempunyai hak konstitusional dan kebebasan untuk mengekspresikan pendapatnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk melalui demonstrasi atau peringatan demonstrasi. (2) Kelompok pendukung Aksi 212 juga punya hak untuk mengaktualisasikan diri, dan oleh karena itu gerakan mereka untuk mengadakan Reuni Aksi 212 adalah absah di alam demokrasi selama tidak menggunakan kekerasan.
(3) Saya tidak ikut reuni tersebut karena saya bukan alumni. Saya mempunyai pemahaman tentang permasalahan umat Islam serta pendekatan tersendiri dalam menanggulanginya dan dalam beramar makruf nahi mungkar. (4) Dalam pandangan saya, izzul Islam wal muslimin di Indonesia perlu dicapai melalui perjuangan strategis mengembangkan infrastruktur kebudayaan umat Islam. Oleh sebab itu, diperlukan karya-karya nyata dalam meningkatkan mutu kehidupan umat Islam dalam berbagai bidang.
(5) Oleh karena itu, perlu ada langkah strategis yang lebih menekankan praksisme keagamaan daripada menampilkan mob populisme keagamaan. (6) Masalah yang dihadapi umat Islam di Indonesia adalah masih adanya kelemahan infrastruktur kebudayaan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, informasi.
Perjuangan yang relevan saat ini adalah mengatasi permasalahan tersebut. Semua sumber daya sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek kebudayaan tadi. Oleh karena itu, saya menyarankan untuk mengubah strategi dari al-jihad lil mua'radhah (perjuangan melawan/struggle against) ke al-jihad lil muwajahah (perjuangan menghadapi/struggle for).
Inilah yang saya maksud perjuangan umat Islam lebih baik mengambil bentuk orientasi praksisme (karya-karya kebudayaan) daripada orientasi populisme (kerja-kerja kerumunan).
Demikian pernyataan pandangan dan sikap Din Syamsuddin yang amat menghormati hak para alumni Aksi 212 untuk memperingatinya. Namun, sembari menegaskan dirinya bukan alumni, untuk mencapai izzul islam wal muslimin di Indonesia, menurut Din, yang dibutuhkan adalah membangun infrastruktur kebudayaan Islam. Orientasi praksisme ke arah itu dianggapnya lebih tepat daripada orientasi populisme, kerja-kerja (menggalang) kerumunan.
Selamat Reuni 212! Selamat membangun infrastruktur kebudayaan Islam! ***
(3) Saya tidak ikut reuni tersebut karena saya bukan alumni. Saya mempunyai pemahaman tentang permasalahan umat Islam serta pendekatan tersendiri dalam menanggulanginya dan dalam beramar makruf nahi mungkar. (4) Dalam pandangan saya, izzul Islam wal muslimin di Indonesia perlu dicapai melalui perjuangan strategis mengembangkan infrastruktur kebudayaan umat Islam. Oleh sebab itu, diperlukan karya-karya nyata dalam meningkatkan mutu kehidupan umat Islam dalam berbagai bidang.
(5) Oleh karena itu, perlu ada langkah strategis yang lebih menekankan praksisme keagamaan daripada menampilkan mob populisme keagamaan. (6) Masalah yang dihadapi umat Islam di Indonesia adalah masih adanya kelemahan infrastruktur kebudayaan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, informasi.
Perjuangan yang relevan saat ini adalah mengatasi permasalahan tersebut. Semua sumber daya sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek kebudayaan tadi. Oleh karena itu, saya menyarankan untuk mengubah strategi dari al-jihad lil mua'radhah (perjuangan melawan/struggle against) ke al-jihad lil muwajahah (perjuangan menghadapi/struggle for).
Inilah yang saya maksud perjuangan umat Islam lebih baik mengambil bentuk orientasi praksisme (karya-karya kebudayaan) daripada orientasi populisme (kerja-kerja kerumunan).
Demikian pernyataan pandangan dan sikap Din Syamsuddin yang amat menghormati hak para alumni Aksi 212 untuk memperingatinya. Namun, sembari menegaskan dirinya bukan alumni, untuk mencapai izzul islam wal muslimin di Indonesia, menurut Din, yang dibutuhkan adalah membangun infrastruktur kebudayaan Islam. Orientasi praksisme ke arah itu dianggapnya lebih tepat daripada orientasi populisme, kerja-kerja (menggalang) kerumunan.
Selamat Reuni 212! Selamat membangun infrastruktur kebudayaan Islam! ***
0 komentar:
Posting Komentar