Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ditekan UE, Harga CPO Melonjak!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 27-08-19
Ditekan UE, Harga CPO Melonjak!
H. Bambang Eka Wijaya

TEKANAN Uni Eropa (UE) terhadap produk sawit Indonesia telah diberlakukan sejak 14 Agustus 2019 dengan Tarif Anti-Subsidi pada biodiesel sebesar 8 hingga 18%. Meski ditekan UE, harga CPO di pasar dunia justru melonjak, untuk kontrak pengiriman November pada Kamis (22/8) di Malaysia Derivative Exchange mencapai MYR2.256 per ton.
Dengan kurs per dolar AS hari itu MYR4,19, harga CPO itu telah mencapai 538,42 dolar AS per ton, atau dengan kurs dolar ke rupiah Rp14.200, setara Rp7.645.564 per ton.
UE mengenakan bea impor terhadap biosiesel dengan dalih pemerintah Indonesia melakukan praktik subsidi untuk produk biodoesel berbasis minyak kelapa sawit.
"Impor biodiesel bersubsidi dari Indonesia telah mengancam kerugian materiil pada industri Uni Eropa," tulis Komisi Uni Eropa dalam Jurnal Uni Eropa seperti dikutip CNBC Indonesia dari Bloomberg. (13/8/2019)
Menurut Komisi Eropa, pangsa pasar biodiesel Indonesia telah melonjak menjadi 3,3% atau lebih setengah juta ton. Itu dibanding 2016 dan 2017 pangsa pasar biodiesel Indonesia baru pada level 0,2% dan 0,3%.
Tarif yang diberlakukan terhadap perusahaan produsen biodiesel tidak seragam, yakni: PT Caliandra Perkasa (8%), Wimar Group (15,7%), Musim Mas Group (16,3%), Permata Group dan eksportir lainnya (18%).
Langkah tarif terhadap biodiesel itu kontroversial dengan keputusan UE sendiri untuk mulai 2020 sebesar 10% bahan bakar transportasi mereka harus menggunakan bahan bakar terbarukan seperti biodiesel. Tapi anjuran itu lebih mengarah ke minyak kedelai atau kacang lainnya.
April 2017 Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi untuk menghapuskan atau melarang penggunaan bahan bakar hayati (biodoesel) yang terbuat dari minyak sawit. Resolusi Renewable Energy Directive (RED) II itu awal tahun ini keluar aturan turunannya, Delegated Regulation. Dalam RED II, kelapa sawit dianggap sebagai komoditas berisiko tinggi terhadap perusakan hutan (deforeatasi) inderect land-use change (ILUC).
Indonesia dan Malaysja sebagai produsen terbesar sawit dunia bersama front ASEAN, bergabung dengan Nigeria dan front Afrika berjuang bersama melawan proteksionepisme UE. Langkah perjuangan bersama diteguhkan di Bali pekan lalu.
Di balik tekanan UE, Indonesia dan Malaysia terus melaju meningkatkan ekspor minyak sawit ke kawasan lain, sehingga harga CPO terus merangkak naik. Seiring Indonesia menaikkan ekspor CPO 39% ke Tiongkok bulan lalu, ekspor CPO Malaysia ke India melonjak 99,93%. ***


0 komentar: