Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 09-08-19
Yuan Melemah Terendah Sedekade!
H. Bambang Eka Wijaya
DI tengah perang dagang yang memanas lagi, bank sentral Tiongkok atau People Bank of China (PBOC) membiarkan tanpa melakukan intervensi ketika mata uangnya yuan jatuh di bawah 7 yuan per dolar AS, kali pertama dalam satu dekade atau sejak 2008.
Hal itu oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) secara resmi dinilai sebagai langkah menyulut perang mata uang (currency war), yang bakal meningkatkan ketegangan di antara kedua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Padahal biasanya POBC menopang pergerakan yuan, ungkap Departemen Keuangan AS dikutip CNN, Senin (5/8/2019), tapi kali ini mengizinkan mata uangnya terus melemah.
"Langkah tersebut dilakukan untuk mencuri bisnis dan pabrik, melukai lapangan kerja, dan menekan tenaga kerja juga harga para petani kita. Tak akan lagi," cuit Trump di akun Twitternya.
Langkah itu dipandang sebagai tindakan balasan menyusul ancaman Trump akan mengenakan tarif 10% untuk 300 miliar dolar AS produk Tiongkok. Sejak perang dagang mulai medio 2018, Washington dan Beijing terus melakukan aksi saling balas tarif yang diiringi negosiasi yang tak kunjung berhasil.
Dengan melemahkan kurs yuan terhadap dolar AS, harga barang-barang produk Tiongkok yang dikirim ke AS menjadi lebih murah dalam dolar. Sehingga, sekalipun dikenakan tarif bea masuk 10% atau lebih, kalau pelemahan dilakukan lebih dalam maka harganya jatuh lebih murah dalam dolar AS.
Itu yang dimakaud cuitan Trump langkah tersebut bisa mencuri bisnis bahkan pabrik di AS. Karena, dengan harga lebih murah dari barang produk AS, barang-barang produk AS bisa kalah bersaing di negerinya sendiri hingga pabriknya bangkrut dan ditutup.
Tapi ancaman serupa juga berlaku bagi negara lain, utamanya yang kurs mata uangnya selalu erat terkait dolar AS, seperti Indonesia -- cadangan utama devisanya pun dalam dolar. Kalau dalam bulan Juli lalu 1 yuan bernilai lebih Rp2.200, setelah pelemahan pada Selasa (6/8/2019) 1 yuan turun menjadi Rp2.025.
Artinya, barang impor asal Tiongkok yang pada bulan Juli berharga Rp2.200, pekan ini turun menjadi Rp2.025. Dengan begitu barang produk Tiongkok jadi lebih unggul bersaing atas produk lokal di Indonesia, sehingga bisa mencuri bisnis (hanya barang buatan Tiongkok saja yang laku) sekaligus mengakibatkan pabrik-pabrik di Indonesia bangkrut dan tutup, lantas tenaga kerjanya jadi penganggur.
Itulah yang perlu diwaspadai dengan currency war yang disulut Tiongkok, lebih berbahaya dari perang dagang. ***
0 komentar:
Posting Komentar