Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

SDM Unggul, Sekolah Tak Unggulan!

Artikel Halaman 8, Lampung Posy Rabu 21-08-19
SDM Unggul, Sekolah tak Unggulan!
H. Bambang Eka Wijaya

TEMA peringatan HUT Proklamasi ke 74 "SDM Unggul Indonesia Maju". Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya menyatakan "Kita butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang toleran dan berakhlak mulia. Kita butuh SDM unnggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi."
Tapi bagaimana mewujudkan SDM unggul itu lebih cepat ketika sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) diubah dari sistem sekolah unggulan berorientasi persaingan kapasitas dan prestasi, diganti sistem zonasi yang lebih mengutamakan kedekatan tempat tinggal dengan sekolah, mengesampingkan pemeringkatan prestasi dalam skala yang luas.
Akibatnya, prinsip persaingan keunggulan sekolah dibabat habis diganti pemertaan mutu sekolah ke derajat lebih rendah, dengan alasan demi keadilan kesempatan sekolah. Padahal dengan sistem PPDB merit prestasi lebih adil bagi anak pekerja keras yang rajin belajar dan bersungguh-sungguh untuk meraih prestasi. Inilah benih manusia unggul yang sesungguhnya, tapi justru dilempar ke lingkungan sekolah yang kurang mendukung potensi dan prestasinya yang telah terbukti.
Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Kita harus mengembalikan bubur itu menjadi nasi segar yang bisa diolah menjadi nasi uduk, nasi kuning, nasi goreng, dan lainnya. Inovasi mengembalikan bubur ke nasi segar itulah tumpuan harap dalam membangun barisan manusia unggul ke masa depan yang amat dekat, era bonus demografi 2020-2024.
Untuk cepat mengejar bonus demografi yang tinggal selangkah lagi, bisa dilakukan dengan menjaring kembali benih-benih unggul yang terlanjur berserak ke sekolah pemerataan mutu. Yakni lewat mengadakan kompetisi mata pelajaran tertentu, seperti olimpiade matematika, olimpiade fisika, biologi dan lainya di tingkat kabupaten/kota.
Hasilnya, anak yang mencapai tingkat prestasi tertentu dihimpun dalam gugusan-gugusan par excelence bidang keulmuan masing-masing yang disiapkan di setiap kapupaten kota. Mereka diberi penajaman khusus bidang keilmuannya sembari tetap belajar di sekolahnya. Dengan demikian, keunggulan yang mereka miliki di bidang keilmuannya tidak terbenam di sekolah pemerataan.
Dengan APBN yang berorientasi pembangunan SDM mulai 2020, upaya itu diharapkan tidak terhambat biaya. Untuk menghasilkan manusia unggul jelas harus lewat seleksi ketat. Buktinya jutaan orang terlibat bisnis digital, tak lebih dari bilangan jari sebelah tangan yang berhasil jadi decacorn. ***



0 komentar: