Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 08-08-19
Pertumbuhan Ekonomi Melambat!
H. Bambang Eka Wijaya
BADAN Pusat Statistik (BPS) Senin (5/8/2019) merilis pertumbuhan ekonomi Semester I 2019 sebesar 5,06% (yoy), melambat dari priode sama 2018 sebesar 5,17%. Itu merupakan paduan pertumbuhan kuartal I 2019 sebesar 5,07% dan kuartal II 2019 sebesar 5,05%.
Pada kuartal II 2019 itu, selain melambat dari kuartal I 2019, juga melambat dibandingkan priode sama atau kuartal II 2018 yang tumbuh sebesar 5,27%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan PDB kuartal II 2019 tertinggi berasal dari jasa lainnya sebesar 10,73% yoy. Disusul jasa perusahaan sebesar 9,94%. Ketiga, sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,60%.
Sedangkan dilihat dari porsi pertumbuhan tertinggi secara kuartal (qtq) bersumber darj sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,80%. Disusul jasa lainnya 4,00% (qtq), dan ketiga dari sektor jasa pendidikan sebesar 3,90% (qtq).
Penyebab utama terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi, menurut catatan BPS, karena harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional yang meskipun pada kuartal I 2019 secara umum mengalami kenaikan, namun mengalami penurunan jika secara tahunan (yoy).
Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada kuartal II 2019 mengalami penurunan 6,12% dari kuartal II 2018. Selanjutnya pada waktu sama batu bara mengalami penurunan harga 22,9%, dan minyak sawit (CPO) merosot 16,7%.
"Selain itu, dari empat negara mitra dagang utama Indonesia, yakni Singapura, Tiongkok, Korea Selatan, dan Amerika Serikat perkembangan semua faktornya mempengaruhi pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelas Suhariyanto.
Tepatnya, kondisi perekonomian global turut menyumbang penyebab pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, lanjutnya. Hal itu tercermin dari data industri dan perdagangan di pasar global yang cenderung melemah.
"Dilihat dari perekonomian global tantangan yang kita hadapi tidaklah gampang karena perekonomian global mengalami pelambatan yang cukup signifikan," ujar Kepala BPS. (detikfinance, 5/8/2019)
Dampaknya, kinerja ekspor kita mengalami kontraksi cukup dalam, yakni tumbuh negatif 1,81% (yoy). Kinerja ekspor itu berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi karena kontribusinya 17,61% terhadap PDB.
Jadi, kerja keras untuk mengatasi pelambatan pertumbuhan ini adalah memperbaiki kinerja ekspor. Posisinya pada kuartal II 2019, ekspor migas turun 30,85% dan nonmigas turun 2,17%. Padahal kuartal II 2018 ekspor masih tumbuh 7,65%. ***
0 komentar:
Posting Komentar