Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

CPO dan Karet, Start Bagus di 2020!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 03-01-2020
CPO dan Karet, Start Bagus di 2020!
H. Bambang Eka Wijaya

DUA komoditas andalan, minyak sawit mentah (CPO) dan karet, start dengan harga bagus di awal 2020. CPO di bursa Malaysia RM3.073/ton atau 744 dolar AS/ton, dengan harga referensi untuk Bea Keluar 729,72 dolar AS/ton. Sedangkan harga karet di bursa Tokyo 177 yen/kg, atau Rp22.519/kg (Rp127,23/yen).
Dengan harga referensi CPO 729,72/ton, maka produk CPO pada Januari 2020 masih bebas dari bea keluar untuk ekspor. Bea keluar dikenakan mulai harga 750 dolar/ton. Harga referensi tersebut naik 12,23% dari referensi Desember 2019 sebesar 650,18 dolar/ton. (InfoSawit, 28/12)

Sedangkan karet kering (100%) di pasar Tokyo pada 30 Desember 2019 seharga 177 yen/kg atau Rp22.619/kg, harga karet slab basah di tingkat petani berarti bisa di atas Rp10.000/kg.
Itu dibandingkan harga karet awal Desember 2019, saat di bursa Tokyo 197 yen/kg atau Rp25.448/kg, harga karet slab basah petani di Desa Gelumbang, Kecamatan Gelumbang, Muara Enim, Sumatera Selatan, dibayar pengepul Rp12.900/kg. (Kompas.com, 6/12)
Harga kedua komoditas dalam priode awal 2020 bisa diharap tetap baik. CPO masih punya peluang naik lagi, karena program B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia, akan mengurangi pasokan di pasar internasional cukup siginfikan. Program B30 Indonesia akan mengonsumsi sekitar 10 juta ton sepanjang 2020, sedangkan B20 Malaysia 1,6 juta ton.
Dengan pasokan global dikurangi 11,6 juta ton, belum lagi produksi CPO pada 2020 akan turun akibat kekeringan panjang selama 2019, batasan harga wajib BK, 750 dolar AS/ton CPO, mungkin akan tercapai dalam 2020.
Terkait lonjakan harga karet karena turunnya pasokan akibat hama jamur melanda 380 ribu hektare pohon karet di Indonesia dan 50 ribu hektare di Thailand, kekurangan pasokannya tak segera terpenuhi oleh pendatang baru produsen karet, Myanmar, Laos, dan Kampuchea. Penurunan pasokan Indonesia 2019 sebesar 540 ribu ton, dari ekspor 2018 2,8 juta ton.
Di sisi lain, perang dagang AS-Tiongkok segera berakhir. Presiden Donald Trump (24/12) mengatakan, dia dan rekannya Presiden Tiongkok Xi Jinping segera menandatangani kesepakatan dagang. (Bisnis.com  27/12)
Dengan perang dagang reda, rantai pasok ke Tiongkok bisa pulih, harga karet yang sudah lumayan akan bisa terdorong naik lagi. Sebab, Tiongkok merupakan penyerap 40% karet alam dunia ketika industrinya normal.
Dengan prospek harga kedua komoditas unggulan akan membaik pada 2020, defisit neraca perdagangan RI diharapkan kian menipis. ***




0 komentar: