Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 17-01-2020
Kekuasaan Politik Itu Seperti Durian!
H. Bambang Eka Wijaya
KEKUASAAN politik itu seperti durian, berduri tajam, bisa menyulut penyakit jantung, tapi digemari banyak orang. Harganya mahal pun dibeli, kalau kehabisan dan tak kebagian di pasar, diburu ke kebun.
Seperti Harun Masiku, kehabisan durian di 'pasar', lantas berusaha mendapatkannya dengan belusukan berburu durian di kebun. Malang nasibnya, babak bunyak tertimpa durian yang runtuh: jadi tersangka KPK.
Tapi bukan cuma Harun Masiku yang tertusuk duri durian politik. Ratusan orang lainnya bahkan harus 'dirawat' bertahun-tahun di rumah sehat bernama "Suka Miskin" (padahal masih kaya hasil panen durian politik).
Seperti durian, kekuasaan politik mengelola negara juga berpangsa-pangsa. Ada pangsa perekonomian. Ada pangsa politik, hukum dan HAM. Ada pangsa kesejahteraan rakyat tapi karena tak kunjung bisa membuat rakyat sejahtera lantas diganti menjadi pangsa pembangunan manusia dan kebudayaan. Lalu ada pangsa kemaritiman dan investasi.
Juga ada pangsa legislatif, dan pangsa yudikatif. Semakin banyak pangsanya, semakin besar pula duriannya.
Durian yang baik, semua pangsa masak serentak. Bijinya kecil-kecil, daging buahnya tebal. Nikmat rasanya khas durian banget. Baunya harum dan segar, menggugah selera untuk segera melahapnya.
Sangat beruntung orang yang bisa memilih durian dan mendapatkan yang sebaik itu. Karena kebanyakan orang mendapat durian yang masaknya tidak rata di semua pangsa. Ada satu pangsa yang bagus, tapi pangsa lainnya kurang bagus, bahkan salah satu pangsa busuk ada ulatnya pula.
Seperti durian kebanyakan itulah sering durian politik, terutama durian pemerintahan. Ada pangsa yang baik, misalnya pangsa ekonomi. Tapi pangsa lainnya ada yang busuk, bahkan berulat.
Ulat-ulat itu tak pula cukup puas bersarang di pangsanya. Mereka gerogoti dinding pangsa hingga tembus ke pangsa sebelah. Akibatnya, pangsa sebelah yang semula bagus, kemudian jadi busuk juga.
Ulat dalam pangsa durian politik adalah korupsi. Ia dengan mudah menembus dinding-dinding pangsa, seperti kasus KTP-el ulat yang beraksi di pangsa Kementerian Dalam Negeri menembus ke pangsa legislatif hingga banyak anggota legislatif masuk bui.
Ulat pangsa durian politik itu punya kapasitas extra ordinary crime, kejahatan luar biasa. Dengan kapasitas itu, orang jadi gegabah ketika sesumbar akan bisa mencegah korupsi. Gegabah bisa mencegah korupsi tantangannya sama dengan mencegah ulat bersembunyi dalam durian. Itulah extra ordinary crime. ***
0 komentar:
Posting Komentar