Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 12-01-2020
Curah Hujan 377 mm/Hari
Rekor sejak Dicatat 1866!
H. Bambang Eka Wijaya
CURAH hujan di kawasan Bandara Halim Perdana Kusuma 377 mm/hari saat banjir tahun baru 1 Januari 2020, menjadi rekor baru curah hujan tertinggi di Jakarta sepanjang ada pencatatan sejak pengukuran pertama kali dilakukan tahun 1866 pada zaman Belanda.
Akibat banjir yang menggenangi landasan pacu Bandara Halim PK, semua penerbangan dari dan ke bandara tersebut hari itu dibatalkan. Sebagian penerbangan dialihkan ke Bandara Soekarno-Hatta, sebagian ditunda esok harinya.
Menurut Herizal, Deputi Bidang Klimatologi BMKG dalam siaran resminya (3/1/2020), urutan tingkat curah hujan di sekitar Jakarta hari itu, setelah Halim disusul Taman Mini (TMII) 355 mm/hari, Kembangan 265 mm/hari, Pulo Gadung 260 mm/hari, Jatiasih 260 mm/hari, Cikeas 246 mm/hari, dan Tomang 226 mm/hari.
Berdasar analisis data BMKG, banjir tahun baru itu disebabkan oleh cuaca ekstrem yang lebih parah dibanding banjir pada 2015 dan 2017. Perbedaan ini utamanya disebabkan oleh perubahan iklim.
Dari pengkajian data historis curah hujan harian selama 150 tahun (1866-2015), BMKG menyebut ada kesesuaian tren antara semakin seringnya kejadian banjir besar di Jakarta dengan peningkatan intensitas curah hujan ekstrem tahunan, seperti terjadi 1 Januari 2020.
"Di wilayah Jabodetabek (data 43 tahun tetakhir), curah hujan harian tertinggi per tahun mengindikasikan tren kenaikan intensitas 10 sampai 20 mm per-10 tahun," jelasnya. (Kompas.com, 3/1)
Hasil analisis ekstrem dari data 150 tahun, terjadinya curah hujan ekstrem yang berulang di Jakarta menunjukkan peningkatan 2-3 persen bila dibandingkan kondisi iklim 100 tahun. Ini menunjukkan hujan-hujan besar yang dulu jarang terjadi, pada kondisi iklim saat ini berpeluang lebih sering muncul. Peristiwa ini salah satunya dipicu oleh perubahan iklim.
Berdasarkan pengukuran dan pencatatan, menurut Herizal, curah hujan ekstrem awal tahun 2020 di Jakarta merupakan salah satu kejadian paling ekstrem, curah hujan tertinggi sejak 1866.
Akibat banjir tahun baru 2020 di Jabodetabek, 16 orang meninggal dunia, lebih dari 31.000 orang mengungsi dari 158 kelurahan yang terdampak.
Parahnya banjir awal 2020, menurut dia, curah hujan ekstrem dipicu limpasan air dari hulu, berkurangnya waduk dan danau penyimpanan air banjir, menyempit dan mendangkalnya sungai akibat sedimentasi dan sampah, rendaman rob air laut pasang, dan turunnya permukaan tanah (ground subsidence) meningkatkan risiko genangan air. ***
0 komentar:
Posting Komentar