Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 13-09-2020
Happy Hypoxia, Wafat
Tanpa Gejala Covid-19!
H. Bambang Eka Wijaya
ADANYA pasien Covid-19 yang wafat tanpa menunjukkan gejala terifeksi virus corona, yang belakangan ramai dibicarakan, dikenal dengan happy hypoxia, atau silent hypoxemia.
Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menjelaskan secara umum suatu infeksi di jaringan paru disebut sebagai pneumonia.
Pneumonia akan menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen masuk ke dalam darah, yaitu gangguan disfungsi atau gangguan pada vaskuler (pembuluh darah). Hal ini membuat darah tidak teroksigenisasi.
"Akibatnya, itulah yang disebut sebagai kandungan oksigen dalam darah rendah atau hipoksemia," kata Agus dikutip Sains.Kompas (4/9/2020).
Hopoksemia atau hypoxemia adalah kurangnya oksigen dalam darah yang menyebabkan terjadi gangguan beserta keluhan pada organ tuhuh lainnya.
Sedangkan silent hypoxemia adalah kurangnya kadar oksigen dalam darah tetapi tidak diikuti gejala atau keluhan pada organ tubuh lain.
Persentase saturasi kadar oksigen dalam darah yang normal adalah 95% pada orang yang sehat. "Di bawah milimeter normal (kadar oksigen dalam darah) itu kalau diukur kadar pO2 (tekanan oksigen) di bawah 80," jelasnya.
Adapun kondisi hipoksemia ini bisa menyebabkan hypoxia atau kadar oksigen rendah di jaringan. Ini terjadi ketika darah tidak membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Terminologinya harus dipahami. Hipoksia atau hypoxia adalah kurangnya kadar oksigen dalam jaringan darah, umumnya memiliki gejala. Sedangkan yang tidak memiliki gejala atau keluhan yang dirasakan pasien disebut happy hypoxia.
Hipoksia bisa terjadi terus-menerus, lama kelamaan bisa mengganggu organ tubuh penting seperti jantung, otak dan ginjal. Akibatnya bisa terjadi kegagalan organ karena kekurangan oksigen.
Happy hypoxia sudab ada sejak Covid-19 masuk Indonesia. Pasien memiliki gejala yang bervariasi, dari yang tidak bergejala, ringan, sedang sampai berat, dan kritis.
Pasien berkategori ringan, memiliki gejala batuk dan pilek. Kategori sedang memiliki gejala pneumonia atau radang paru.
Kategori berat memiliki gejala pneumonia dan hipoksemia. Pasien Covid-19 yang kritis memiliki gejala oksigenisasi yang terganggu berat sampai susah bernapas.
Ada sekitar 18,7% pasien Cobid-19 yang tidak mengeluh sesak napas. Padahal ketika diukur darahnya sudab terjadi hipoksemia. Dari data yang sama juga terlihat 40% pasien mengalami pneumonia.
Fenomena ini terjadi sejak Covid-19 di Wuhan, Tiongkok. ***
0 komentar:
Posting Komentar