Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 07-09-2020
Mengorkestrasi Partisipasi Rakyat!
H. Bambang Eka Wijaya
PARTISIPASI itu ekspresi daulat rakyat. Sedangkan mobilisasi, lengkap dengan intimidasi atau upaya paksa dalam pelaksanaannya, lebih menjurus ke otoritarian.
Secara historis, partisipasi mengekspresikan daulat rakyat itu merupakan modal sosial terkuat bangsa Indonesia, sehingga hanya dengan bambu runcing mampu mengusir penjajah bersenjata modern.
Tetapi kenapa belakangan ini daulat rakyat yang dahsyat itu kurang menonjol? Justru saat pandemi rakyat menjadi terlihat amat lemah, butuh bantuan negara lewat beragam bansos untuk survival, sekadar bertahan hidup?
Mungkin karena belum adanya simpul-simpul gerakan massa yang mampu mengorkestrasi partisipasi rakyat untuk bangkit menjadi daulat rakyat. Padahal, diyakini, jika modal sosial partisipasi rakyat terorkestrasi dengan baik sebagai gerakan, bangsa ini bisa bangkit dari deraan pandemi maupun resesi ekonomi bawaannya.
Modal sosial partisipasi rakyat yang 'tidur' harus dibangunkan, diorkestrasi dan digelorakan sebagaj gerakan gotong royong nasional saat negara butuh bangkit dari keterpurukan.
Semangat gotong royong itu bukan saja masih hidup, tapi juga masih cukup kuat. Buktinya, setiap ada bencana alam, gotong royong bantuan cepat terhimpun di lembaga-lembaga pengerah bantuan, sejenis Dompet Kemanusiaan Media Group.
Jadi yang diperlukan adalah simpul-simpul penggerak partisipasi rakyat untuk bangkit menatap masa depan dalam kebersamaan. Sebab, kalau rakyat tetap diperlakukan sebagai pesakitan yang lemah, selalu butuh bansos untuk survival, mau sedalam apa lagi negara terbenam utang untuk memenuhinya.
Mungkin harus dimulai oleh lembaga-lembaga sosiopreneur yang sudah ada untuk memulai mengorkestrasi gerakan partisipasi rakyat lewat berbagai kegiatan komunitas produktif dalam kebersamaan..
Bisa saja untuk sementara bentuknya seperti Kampung 'Kasih Sayang' di Matfa, komunitas yang dibangun Tuan Guru di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dikelola dalam bentuk Baitul Mal berwatak sosial dan demokratis. Terpenting, seperti Kibutz, dari sana kelak ditumbuhkan generasi sosiopreneur yang jadi andalan masa depan dengan inovasinya.
Itu salah satu contoh orkestrasi partisipasi rakyat. Model itu mendorong perubahan peran rakyat dari pesakitan yang pasif menanti bansos, menjadi aktor perubahan yang aktif bergotong royong membangun kekuatan produktif di kluster mereka.
Dengan orkestrasi partisipasi, rakyat bangkit bersama mengekspresikan daulat rakyat. ***
0 komentar:
Posting Komentar