Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 04-09-2020
Vaksin Merah-Putih Andalan Terakhir!
H. Bambang Eka Wijaya
SELAIN vaksin Covid-19 buatan Sinovac diproduksi awal 2021, kata Presiden Jokowi vaksin Merah-Putih buatan bangsa Indonesia mulai diproduksi pertengahan 2021. Dengan demikian vaksin Merah-Putih menjadi andalan terakhir mengatasi Covid-19.
Saat memberi pengarahan ke para gubernur secara virtual di Istana Bogor, Selasa (1/9), Presiden Jokowi menjelaskan komitmen vaksin buatan Tiongkok yang telah diperoleh Indonesia.
"Pada saat yang bersamaan, kita juga mengembangkan vaksin strain Indonesia yang kita namakan vaksin Merah-Putih," ujar Jokowi.
Ia jelaskan, vaksin Merah-Putih sedang disiapkan oleh konsorsium terdiri dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman serta perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
"Saat ini vaksin Merah-Putih dalam tahap pembuatan benih vaksin dan prosesnya sudah sekitar 30-40%. Uji klinis awal tahun depan. Insya Allah siap diproduksi awal tahun depan," ujarnya. (detikNews, 1/9)
Bagai film Bolywood, happy ending ceritanya bisa ditebak, wabah Covid-19 berakhir betkat keberhasilan vaksin mengatasinya. Namun, ketegangan ceritanya menuju klimaks atau puncak Pandemi Covid-19 di Indonesia justru madih penuh randa tanya, bakal seperti apa jadinya. Penasaran pada cerita di ambang klimaks itu akibat upaya pengendalian yang cenderung selalu tertinggal oleh laju angka harian kasus baru yang acap mengejutkan.
Seperti pekan lalu, usai 27 Agustus mencatat rekor angka kasus baru 2.719, pada 28 Agustus angka kasus baru malah tembus ke 3.003. Esoknya lagi, 28 Agustus naik lebih signifikan lagi, bertambah 3.308.
Lebih seru di DKI Jakarta yang fasilitas kesehatannya paling baik di Indonesia, hari Minggu 30 Agustus mencatat rekor kasus baru sebanyak 1.114. Angka tertinggi level provinsi yang pernah tercatat.
Masalah Jakarta lebih serius terkait jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit. Pada 170 rumah sakit di Jakarta, 69% tempat tidurnya diisi pasien Covid-19. (Metro-tv, 31/8) Padahal, hanya pasien "berat" yang dirawat di RS, yang "sedang" dikirim ke Wisma Atlet, yang "ringan" cukup melakukan isolasi mandiri.
Kalau gejala lonjakan kasus baru seperti pekan lalu belanjut, tenaga kesehatan di RS-RS Jakarta bisa kewalahan. Sekarang saja menurut IDI sudah 100 orang dokter meninggal akibat Covid-19 (Kompas.com, 31/8), demikian pula perawat. UGD RS Fatmawati ditutup, karena banyak petugasnya terkena Covid.
Kalau tidak ada strategi pengendalian yang efektif, krisis Covid bisa terjadi sebelum vaksin efektif. ***
0 komentar:
Posting Komentar