Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 29-09-2020
Kian Ketat Protokol, Korban Kian Wah!
H. Bambang Eka Wijaya
HARUS dicari penyebab yang sesungguhnya kenapa kian ketat protokol kesehatan, razia di mana-mana seantero negeri, tapi peningkatan korban infeksi Covid-19 kian wah pesatnya. Kamis (24/9), korban meninggal tembus lebih 10.000 kasus, kasus baru harian 4.634.
Kemungkinannya, asumsi rendahnya disiplin masyarakat sebagai pemicu pesatnya laju peningkatan angka penularan Covid-19 perlu diuji kembali. Karena, realitasnya membuktikan semakin ketat protokol kesehatan ditegakkan, laju peningkatan kasus tak terpengaruh. Justru sebaliknya, cenderung semakin tak terkendali hingga oleh berbagai pihak disebut telah mencapai tingkat darurat.
Artinya, harus dicari secara lebih teliti dan lebih cermat lagi, kemungkinan faktor lain sebagai pemicu sesungguhnya pengingkatan infeksi virus yang mematikan itu.
Ahli mikrobiologi menyebut virus yang kemudian diberi nama Covid-19 sebagai partikel. Istilah ini berasal dari ilmu alam untuk benda berukuran amat halus yang tak terlihat mata, berukuran nano atau mikroskopis. Kajian menyangkut partikel ditemukan dalam teori mekanika kuantum.
Ada peristiwa yang tercatat sejarah ilmu pengetahuan (tahun 1935) mengenai pengujian partikel dan gelombang terkait mekanika kuantum, disebut dengan Paradoks Einstein-Podolsky-Rozen (EPR). Hasil sampingan dari percobaan itu menyebutkan, partikel-partikel di alam ini merupakan suatu kesatuan yang saling berkomunikasi lebih cepat dari cahaya.
Masalahnya bagaimana kalau partikel itu makhluk hidup seperti virus Covid-19. Bisa dibayangkan, kalau virus pertama ditemukan di Wuhan akhir 2019, dalam waktu relatif singkat mereka telah menginfeksi di 160 negara.
Sistem komunukasi dan transmisi seperti apa yang telah dilakukan partikel itu sehingga bisa berkembang demikian pesat. Apa tak mungkin kemampuan mereka seperti yang digambarkan dalam Paradoks EPR itu, kalau mereka lakukan dengan mudah bisa menembus protokol kesehatan yang kita unggulkan?
Tulisan ini mengajak untuk tidak berpikir dogmatis bahwa protokol kesehatan satu-satunya penangkal partikel virus Corona. Melainkan mengajak cara berpikir mekanika kuantum yang telah berkembang sejak awal Abad XX, bahwa selalu ada ketidakpastian dan kemungkinan atas sesuatu. Artinya, kita tak boleh berhenti mencari dan membuktikan kebenaran.
Setidaknya harus dicari mungkin masih ada kekurangan dalam protokol kesehatan. Sehingga, jika kekurangan itu ditemukan dan ditambal, penularan Covid-19 bisa dihentikan. ***
0 komentar:
Posting Komentar