Artikel Halamsn 12, Lampung Post Selasa 27-04-2021
Batubara Disoroti KTT Perubahan Iklim!
H. Bambang Eka Wijaya
MESKIPUN kita tetap asyik mengeksploitasi bahkan meningkatkan target penambangan batubara dari 550 juta ton menjadi 625 juta ton tahun ini, masalah batubara Indonesia ternyata jadi sorotan di KTT Perubahan Iklim atau Leader Summit on Climate, Kamis (22/4/2021).
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan akan menghentikan dukungan keuangan untuk semua proyek pembangkit listrik batubara di luar negeri, khususnya Indonesia.
Jepang, pemodal besar proyek batubara lainnya di Indonesia, juga tengah mempertimbangkan hal serupa dengan mengumumkan peningkatan target emisi domestik 46% pada 2030--lebih tinggi dari target RI 30%.
"Dengan keluarnya Korsel dari pembiayaan ekapor proyek batubara, dan Jepang sedang mempertimbangkannya, hanya Tiongkok yang akan tersisa sebagai pemodal batubara luar negeri terbesar di Indonesia," ujar Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam keterangan resmi. (CNNIndonesia (23/4/2021)
Menurut Fabby, berakhirnya pendanaan batubara internasional dari Korsel, Jepang, dan Tiongkok juga akan mendorong langkah-langkah untuk menjauhkan batubara dan mempercepat penyebaran energi terbarukan.
"Tidak ada pembangkit batubara baru setelah 2025 dan penghapusan batubara di Indonesia harus segera dimulai dan penyebaran energi terbarukan harus dipercepat," ujarnya.
Korsel, Jepang dan Tiongkok merupakan tiga besar investor proyek batubara di dunia. Pemerintah Korsel belakangan ini mendapat kecaman karena mendorong Green New Deal di dalam negeri sementara lembaga publik seperti Bank Ekspor Impor Korea (KEXM), Bank Pembangunam Korea (KDB), dan Asuransi Perdagangan Korea (KSURE) mendukung PLTU Jawa 9 dan 10 yang merupakan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di Banten.
Proyek tersebut diperkirakan menghasilkan rata-rata 10 juta ton karbon dioksida pe tahun, atau 250 juta ton CO2 selama 25 tahun, setara emisi tahunan Thailand atau Spanyol.
Sementara Jepang dikritik keras karena membiayai pembangkit listrik tenaga batubara di Cirebon 2, Batang dan Tanjung Jati B (unit 5 dan 6) menambah 5.000 MW di Jawa. Padahal, Oktober 2020 Jepang mendeklarasikan Netral Karbon 2050.
Sementara Indonesia, sebagai sumber karbon di atmosfer dari pembakaran batubara 550 juta ton per tahun, ikut target Persetujuan Paris nol emisi karbon 2050, mulai merehab hutan mangrove 620 ribu hektar, dan membangun Green Industrial Park seluas 12.500 hektar di Kalimantan Utara. ***
0 komentar:
Posting Komentar