Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ironi Menuju Indonesia Emas 2045!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Sabtu 17-04-2021
Ironi Menuju Indonesia Emas 2045!
H. Bambang Eka Wijaya

SEBUAH video menampilkan sederet artis Dian Sastro dan kawan-kawan viral di media sosial, dirilis Change.org dengan tagar #darurat iklim. Isinya mengajak masyarakat menyelamatkan Indonesia Emas 2045, dengan mengatasi ancanan terbesarnya: pemanasan global.
Ironisnya, petisi yang dilansir Foreign Policy Community of Indonesia itu, menurut Change.org, dipicu oleh pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait rencana pemerintah menargetkan nol emisi karbon pada 2070 -- bukan 2050.
Dengan tidak menargetkan nol emisi karbon di tahun 2050, peningkatan suhu bumi akan mencapai 3 sampai 4 derajat Celcius -- suhu terpanas sepanjang sejarah umat manusia di planet yang sudah berusia 4,5 miliar tahun.
Ini resep untuk banjir yang semakin melanda kepunahan hampir 40% spesies tumbuhan, kerusakan sekitar 90% terumbu karang, dan belum lagi persediaan air yang akan berkurang drastis, serta kekeringan dan kekurangan pangan yang akan terjadi.
Untuk mengatasi ancaman itu, pemerintah harus menetapkan nol emisi karbon pada 2050, bukan 2070.
Formulanya: turunkan 50% emisi karbon di tahun 2030 (saat ini ditargetkan hanya 29%), dan turunkan 50% lagi di tahun 2040, lalu targetkan nol emisi di tahun 2050. Ini satu-satunya cara agar suhu dan kondisi bumi bisa terkendali.
Semua langkah pemerintah harus disesuaikan untuk mencapai target nol emisi karbon, kalau tidak 24 tahun ke depan anak cucu kita hidup di bumi yang panas dan sengsara. Padahal, impian kita pada 100 tahun bangsa kita merdeka itu adalah tercapainya Indonesia Emas, kehidupan yang adil-makmur sejahtera.
Tatget KLHK nol emisi karbon pada 2070 tentu antara lain dengan realitas deforetasi versi KLHK per tahun 465,5 ribu hektar pada 2019, naik 5,2% dari 2018. Artinya, kalau realitas deforestasi lebih luas, maka waktu nol emisi karhon bisa mundur lebih lama. Ancaman bencana jadi lebih berat.
Angka deforestasi KLHK itu beda dengan data tambahan luas lahan sawit. Data Base OJK (2017) meneybut lahan sawit 2016 seluas 11,67 juta hektar, data Kementan 2021 seluas 16,38 juta hektar, artinya deforestasi untuk sawit per tahun 940 ribu hektar.
 Belum lagi deforestasi pertambangan yang mengeruk 500 juta ton batubara setiap tahun, berapa luas pula hutan penutupnya dibuka setiap tahun.
Di Lampung, semua Hutan Register terfoto dari satelit ijo royo-royo, itu bukan daun meranti atau merbau, tapi daun singkong. Maksudnya, target nol emisi karbon bisa lebih jauh. ***









0 komentar: