Artikel Halaman 12, Lampung Post Rabu 14-04-2021
Konsumsi Ramadan, Picu Pemulihan!
H. Bambang Eka Wijaya
KONSUMSI Rumah Tangga tulang punggung perekonomian Indonesia dengan kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) lebih 55%. Survei Bank Indonesia (BI) Maret 2021 mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 93,4, naik dari Februari 85,8 dan Januari 84,9.
Itu memberi harapan Konsumsi Rumah Tangga selama Ramadan dan Idul Fitri bisa menjadi pemicu pemulihan ekonomi nasional pascapandemi, sehingga Indeks Ekspektasi Konsumsi (IEK) optimustik 114,1 meningkat dari bulan sebelumnya 106,5.
Namun demikian, diperlukan daya dorong yang besar bagi konsumsi untuk menjadi pemicu ekonomi melesat keluar dari resesi. Sekadar harapan (IEK) saja, tanpa didukung kekuatan nyata untuk mendorong ekonomi dari kubangan dampak pandemi, bisa mengakibatkan frustrasi.
Konon lagi Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) meski naik ke 72,6 dari sebelumnya 65,1, masih jauh dari kondisi ideal dengan daya dorong optimal, 100. Artinya, diperlukan berbagai intervensi sumber daya untuk memperkuat konsumsi masyarakat agar mumpuni memicu ekonomi keluar dari resesi.
Survei BI Maret 2021 itu juga mencatat porsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi mencapai 74,4%, rekor tertinggi sejak 2012. Peningkatan konsumsi terjadi pada kelompok pendapatan Rp3 juta-Rp4 juta, sebulan. Sedangkan kelompok pendapatan di bawahnya cenderung menurun, pertanda daya beli belum pulih untuk mendorong ekonomi keluar dari resesi.
Oleh karena itu, intervensi bantuan terhadap kelompok berpendapatan lapisan bawah menjadi mutlak diperlukan untuk menjadikan komsumsi Ramadan sebagai pemicu kebangkitan ekonomi nasional.
Distribusi bantuan itu utamanya untuk menutup bolong-bolong bantuan sebelumnya. Conyohnya survei BPS 10-26 Juli 2020 menemukan 69% UMKM dari 64 juta pelaku usaha, butuh bantuan modal.
Lalu mulai Agustus pemerintah menyalurkan Banpres Produktif Rp2,4 juta per pelaku usaha. Oktober Menkop Teten Masduki di Istana menyebut penyaluran itu telah selesai 100% kepada 12 juta UMKM. (jpnn, 7/10/2020)
Jadi, yang butuh bantuan modal 69% dari 64 juta, 42 juta UMKM, yang dapat Banpres 12 juta pelaku usaha. Berarti bolong sekitar 30 juta. Jumlah ini klop dengan hasil survei Asian Developmenr Bank bahwa sebanyak 48% UMKM Indonesia menutup usahanya karena pandemi pada 2020.
Untuk menjadikan konsumsi pemicu pemulihan, selain data UMKM penerima Banpres Produktif, yang belum menerima juga harus disisir. Kalau lebih banyak yang belum menerima, tentu lebih mudah mencarinya. ***
0 komentar:
Posting Komentar