Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Waspadai Puncak Infeksi dan Kematian!

Artikel Halaman 12, Lampungh Post Rabu 28-07-2021
Waspadai Puncak Infeksi dan Kematian!
H. Bambang Eka Wijaya

USAI Presiden Jokowi mengumumkan PPKM Relaksasi hingga 2 Agustus, Dicky Budiman, epidemiolog Griffith University, Australia, mengingatkan di Metro TV (25/7) minggu ini bisa menjadi puncak infeksi virus Covid-19, dan dua minggu ke depan puncak kematian.
Itu dikemukakan Dicky atas kemungkinan pencabutan pembatasan yang mengekang ketat masyarakat selama ini, menyulut eforia kebebasan. Akibatnya lengah dan infeksi virus merebak.
Namun bisa juga, puncak infeksi terjadi dalam bentuk lonjakan kasus baru hasil peningkatan jumlah testing dan tracing justru sebagai pelaksanaan perintah presiden. Sebab, semakin banyak testing dan tracing dilakukan akan semakin besar pula jumlah kasus baru yang terjaring.
Berdasar pengalaman PPKM Daturat beberapa hari terakhir, naik turunnya kasus baru cenderung berkaitan dengan besarnya jumlah spesimen yang diperiksa.
21 Juli spesimen 153.330; kasus baru 33.773; meninggal 1.383 orang.
22 Juli spesimen 294.470; kasus baru 49.509; meninggal 1.449 orang.
23 Juli spesimen 174.246; kasus baru 49.071; meninggal 1.566 orang.
24 Juli spesimen 252.696; kasus baru 45.416; meninggal 1.415 orang.
25 Juli spesimen 173.472; kasus baru 38.679; meninggal 1.226 orang. (detik.news, 21-25/7)
Dari bandingan data di atas, jika tes swab PCR setiap hari dilakukan terhadap 400 ribu spesimen, maka kasus baru kemungkinan bisa mencapai di atas 50 ribu sehari. Namun semakin banyak virus terjaring, semakin cepat pula virus habis dari tengah masyarakat.
Masalahnya kemerataan lokasi tes. Sebab, hanya dari lokasi yang dites terjaing virus. Di lokasi yang tidak dites, virusnya "nyaman" dan terus menular.
Banyak daerah yang laboratorium dan peralatan untuk tes swab PCR belum siap. Selain itu biayanya juga mahal. Itu membuat daerah-daerah sunyi dari tes swab PCR.
Mengatasi kelemsahan teknis testing dan tracing itu, untuk mewapadai puncak infeksi dan kematian bisa dilakukn dua hal; strategi media dan call center.
Strategi media; setiap hari kepala daerah (bupati/walikota) mengup-date pesan kepada warganya mengingatkan hal-hal yang dianggap penting untuk meningkatkan kewaspadaan, seperti Presiden Jokowi mengup-date pesan di televisi setiap hari.
Call center; setiap kabupaten/kota membuat call center layanan darurat dan respon cepat tenaga kesehatan maupun kiriman obar buat warganya yang melakukan isolasi mandiri. Tim respon cepat bisa membawa pasien ke isolasi terpusat jika pasien yang isoman mengalami pemburukan. ***








0 komentar: