"LIHAT Kek, gaya dasi, jas, dan sepatuku!" ujar cucu. "Untuk dilantik sebagai anggota DPRD, enggak kentara lagi asliku preman, kan?"
"Gaya pakaian itu bagian dari etiket, penyesuaian pada tempat kita berada!" sambut kakek. "Tapi, penyesuaian lewat pakaian saja tak cukup! Kau masih harus menghilangkan sifat asli premanmu dengan berusaha keras menjadi politisi baik!"
"Politisi baik itu seperti apa?" kejar cucu.
"Pertama, hilangkan kebiasaan gaya premanmu menghardik dan membentak di ruangan sidang wakil rakyat yang terhormat itu!" tegas kakek. "Lalu, berusaha mengaktualisasikan sikap-tindak politisi baik, secara etika-moral dan legal-formal!"
"Pasti susah mengubah sifat dan kebiasaan secara drastis begitu!" entak cucu. "Paling cuma berubah luarnya, gaya gerak dan ekspresi lewat berakting, sedang isi penghayatannya lain--entah apa!"
"Bisa mencapai tingkat itu pun sudah bagus, itu perilaku umum rata-rata politisi, lazim disebut aktor politik!" tegas kakek. "Artinya, keharusan pertama seorang politisi adalah sebagai aktor, berakting agar terlihat (meski cuma seolah-olah) sebagai politisi baik, sehingga ruangan sidang wakil rakyat menjadi tempat layak bagi tokoh-tokoh terhormat!"
"Tapi semua itu baru luar atau kulitnya!" potong cucu. "Isinya dong, Kek, apa saja?"
"Sikap-tindak politisi idealnya induktif, bertolak dari yang bersifat khusus pada dirinya--etika-moral, diimplementasikan ke format umum--legal-formal!" jelas kakek. "Etika dan moral sederhana! Etika pilihan baik-buruk serta patut atau tidak, sedang moral salah-benar! Kaidah atau ukuran etika adalah nilai dan norma yang dijunjung masyarakat, berwujud tatakrama keadaban! Sedangkan kaidah moral adalah ajaran salah-benar menurut agama ataupun adat-istiadat!"
"Mumet, Kek!" sela cucu. "Seruwet itu kakek sebut sederhana!"
"Sederhana, karena semua nilai dan norma itu sebenarnya meresap dan bersemayam mendarah daging dalam diri manusia secara kontinu lewat kehidupan sehari-hari bermasyarakat!" ujar kakek. "Bukti nilai dan norma mendarah daging, bisa mendorong refleks gerak fisik manusia saat ada yang perlu ditolong atau yang menyalahi kaidah etika-moral! Dengan kepaduan etika moral dalam dirinya seperti itulah, seorang politisi baik mengelola sikap tindaknya ke format umum kehidupan berbangsa, segala sesuatu terkerangka aturan hukum (legal), terangkai dengan prosedur atau tata acara (formal). Legal dan formal tak bisa dipisah, bagai dua sisi sekeping mata uang, lazim disebut dual process of law!"
"Kalau cuma memakai aspek legal, tanpa peduli formalnya?" tanya cucu.
"Bisa over acting!" tegas kakek. "Jika over acting, kau gagal menjadi politisi baik! Karena, ciri utama politisi baik, selalu bersikap-tindak proporsional!"
0 komentar:
Posting Komentar