AYAH dan anak lelakinya serentak menghormat sangsaka Merah Putih di ujung genter--galah bambu--yang mereka tancapkan di depan gubuk mereka dekat rel kereta api.
"Aku yakin, hari ini menjadi saat Ayah berhasil mengunduh sepeda dari puncak panjat pinang!" ujar anak optimistis, mengiringi langkah ayahnya menuju tempat Agustusan. "Tahun lalu tinggal 10 centi lagi tangan ayah menjangkau kayu silang di pucuk, tapi kaki ayah yang membelit batangnya keburu merosot!"
"Setahun ini kupikirkan kenapa belitan kaki ayah ke batang pinang bisa melorot ke bawah!" timpal ayah. "Dan ayah sudah dapat cara menguncinya! Pokoknya, impianmu bertahun-tahun untuk naik sepeda milik sendiri, akan terkabul hari ini!"
Di tengah kerubutan selusin orang dengan saling menginjak untuk bisa naik ke atas batang pinang, ayah berhasil lolos di tempat paling atas! Anaknya bersorak-sorak memberi semangat, hingga tangan ayah tinggal lima centi lagi menjangkau palang di pucuk! Tapi, saat berusaha menjangkau kayu silang, pemanjat dari bawah menarik kakinya! Ayah bersama para pemanjat lain pun melorot ke bawah kembali Ayah yang sudah kehabisan tenaga mundur dari jubelan pemanjat.
"Tadi lima centi lagi tangan ayah menjangkau palang di pucuk, kaki ayah ditarik orang!" keluh anak.
"Terpenting, ada kemajuan lima centi dari tahun lalu! Dengan kemajuan itu, berarti tahun depan kita akan sampai ke pucuk, dan kita dapatkan sepedanya!" ujar ayah optimistis. "Untuk dapat sesuatu harus sabar! Ayah saja sabar, sampai kakekmu meninggal gagal mencapai puncak panjat pinang meraih sepeda buat ayah!"
"Kalau terus diusahakan, kelak pasti dapat! Meski harus dari generasi ke generasi, untuk mendapat satu sepeda dari kemerdekaan ini aku yakin bisa!" tegas anak. "Kakek gagal mencapai pucuk, ayah melanjutkan! Kalau ayah gagal, masih ada aku yang melanjutkan! Jika aku gagal juga, anakku akan melanjutkan usaha ini!"
"Syaratnya negeri kita tetap merdeka, sehingga acara memperingati hari kemerdekaan dengan tradisi panjat pinang masih ada!" tegas ayah. "Untuk itu, kalau ada orang coba mengganggu kemerdekaan negara kita, kau harus tampil paling depan mempertahankannya! Agar panjat pinang tetap ada, dan kau bisa melanjutkan usaha keluarga mendamba sepeda!"
"Ayah tak perlu cemas, akan kupertahankan kemerdekaan bangsa agar pada suatu generasi kelak keluarga kita bisa mendapat sepeda dari kemerdekaan!" tegas anak. "Sekarang kan baru 64 tahun kita merdeka, terlalu berlebihan juga kalau setelah kehabisan tenaga tadi ayah paksakan untuk dapat sepeda! Masa depan bangsa masih panjang, kok!" ***
Di tengah kerubutan selusin orang dengan saling menginjak untuk bisa naik ke atas batang pinang, ayah berhasil lolos di tempat paling atas! Anaknya bersorak-sorak memberi semangat, hingga tangan ayah tinggal lima centi lagi menjangkau palang di pucuk! Tapi, saat berusaha menjangkau kayu silang, pemanjat dari bawah menarik kakinya! Ayah bersama para pemanjat lain pun melorot ke bawah kembali Ayah yang sudah kehabisan tenaga mundur dari jubelan pemanjat.
"Tadi lima centi lagi tangan ayah menjangkau palang di pucuk, kaki ayah ditarik orang!" keluh anak.
"Terpenting, ada kemajuan lima centi dari tahun lalu! Dengan kemajuan itu, berarti tahun depan kita akan sampai ke pucuk, dan kita dapatkan sepedanya!" ujar ayah optimistis. "Untuk dapat sesuatu harus sabar! Ayah saja sabar, sampai kakekmu meninggal gagal mencapai puncak panjat pinang meraih sepeda buat ayah!"
"Kalau terus diusahakan, kelak pasti dapat! Meski harus dari generasi ke generasi, untuk mendapat satu sepeda dari kemerdekaan ini aku yakin bisa!" tegas anak. "Kakek gagal mencapai pucuk, ayah melanjutkan! Kalau ayah gagal, masih ada aku yang melanjutkan! Jika aku gagal juga, anakku akan melanjutkan usaha ini!"
"Syaratnya negeri kita tetap merdeka, sehingga acara memperingati hari kemerdekaan dengan tradisi panjat pinang masih ada!" tegas ayah. "Untuk itu, kalau ada orang coba mengganggu kemerdekaan negara kita, kau harus tampil paling depan mempertahankannya! Agar panjat pinang tetap ada, dan kau bisa melanjutkan usaha keluarga mendamba sepeda!"
"Ayah tak perlu cemas, akan kupertahankan kemerdekaan bangsa agar pada suatu generasi kelak keluarga kita bisa mendapat sepeda dari kemerdekaan!" tegas anak. "Sekarang kan baru 64 tahun kita merdeka, terlalu berlebihan juga kalau setelah kehabisan tenaga tadi ayah paksakan untuk dapat sepeda! Masa depan bangsa masih panjang, kok!" ***
0 komentar:
Posting Komentar