“DALAM pidato di DPR, Presiden SBY menyatakan tujuh prioritas APBN 2010 yang terangkai dalam tiga pro—kemiskinan (poor); pengangguran (employment), dan pertumbuhan (growth),” ujar Umar. “Pertama, sektor riil dijaga tetap bergerak dan didorong tumbuh dengan insentif fiskal. Kedua, mencegah gelombang PHK, sambil terus menurunkan angka pengangguran. Ketiga, menjaga stabilitas harga. Empat, menjaga dan meningkatkan daya beli rakyat lewat penurunan tarif pajak perorangan, peningkatan batas pendapatan kena pajak, penurunan harga BBM, menaikkan gaji PNS/TNI, pemberian BLT. Lima, melindungi warga miskin. Enam, menjaga ketahanan pangan dan energi. Dan tujuh, pertumbuhan ekonomi dipertahankan tetap tinggi, 4 sampai 4,5 persen!”
“Trilogi propoor, proemployment, dan progrowth itu bahasa teknokratis yang fasih di lidah politisi dalam retorika! Ungkapan itu mengena di hati kaum melarat, tapi dalam praktek lebih mendekati piece meal engineering—rekayasa cemilan, makanan kecil!” sambut Amir. “Retorika itu ditempuh negara berkembang yang gagal menjalankan strategi pembangunan lewat suatu perencanaan jangka menengah-panjang, social engineering! Propoor, proemployment, progrowth itu pun jadi pekerjaan menggocek bola anggaran yang bersifat short-cut—main operan pendek! Hasilnya sekadar menampilkan etalase-etalase contoh sukses yang sifatnya terbatas pada fokus penggocekan anggaran, tak mencerminkan realitas seluruh rakyat!”
“Tapi itu ditempuh akibat ekonomi global rentan goncangan multidimensi, hingga setiap
“Tapi dengan model cemilan itu, negara-negara berkembang hanya mampu jadi hilir dari industri negara maju!” timpal Amir. “Sebab, tanpa strategi jangka panjang suatu negeri tak bisa membangun industri dasar, tak gigih riset membangun industri terapan, karena watak piece meal engginering berorientasi sebagai kosumen akibat berpacu di lahan praktis dan pragmatis! Lebih celaka lagi, akibat pragmatisme itu, sektor-sektor strategis di negerinya, mulai sektor keuangan/modal, sampai pertambangan dan energi, praktis dikuasai asing!”
“Itu dia, bagaimana mau membangun industri dasar kalau kapital dan sumber mineral-energinya dikuasai asing?” entak Umar. “Mau buat logam lempengan bahan bakunya harus impor setengah jadi, termasuk logam yang mineral mentahnya dikeruk dari negeri sendiri! Artinya, propoor, proemployment, dan progrowth lewat mengutak-atik anggaran itu pilihan paradigma terakhir—satu-satunya jalan yang bisa ditempuh!” ***
0 komentar:
Posting Komentar