"PERANG melawan teroris yang dilakukan Densus 88, tanpa disadari telah menjadi serial drama televisi berlakon Noordin M. Top yang disiarkan nyaris semua stasiun televisi nasional!" ujar Umar. "Warga masyarakat luas terlibat membicarakan serial drama teroris tersebut, tak kalah seru dari pendengar setia serial drama radio Saur Sepuh dengan tokoh Brama Kumbara era 1980-an!"
"Dua serial yang disajikan jenis media berbeda itu, meski sama serunya, pengaruhnya berbeda pada masyarakat!" sambut Amir. "Serial drama teroris lewat meda lihat dan dengar--televisi--menjadi repetisi kekerasan yang dipertontonkan paksa, tak cuma kekerasan perbuatan teroris, tapi juga unjuk kekerasan yang dilakukan polisi--seperti drama pengepungan rumah Muhzahri di Temanggung yang relatif bertele-tele selama 18 jam!"
"Mempertontonkan repetisi kekerasan secara berseri begitu, yang diikuti penonton semua usia, bisa mengimunkan warga--terutama generasi muda--terhadap kekerasan!" tegas Amir. "Dalam keimunan itu, kekerasan diterima warga menjadi hal yang biasa-biasa saja! Kalau kecenderungan itu tak dihentikan, perlahan tapi pasti bisa menyemai violent culture dalam masyarakat--suatu budaya di mana kekerasan menjadi pilihan utama untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan masalah!"
"Apa bedanya dengan Saur Sepuh yang juga ciat-ciat?" potong Umar.
Saur Sepuh lewat radio, tak ada paksaan melihat kekerasan! Meski ciat-ciat, pendengar cuma bisa membayangkan dengan versi masing-masing pertarungan silat yang diikutinya, tak menanam kesan indrawi sedalam gambar konkret televisi!" tegas Amir. "Kedua, dalam ®MDRV¯Saur Sepuh®MDNM¯ tokoh yang selalu disebut sehingga menjerat keidolaan para pendengar adalah Brama Kumbara, kesatria putih yang luhur budinya! Sedang dalam serial drama teroris, tokohnya Noordin M. Top, yang selalu menang selangkah dari polisi pemburunya! Lagi-lagi, kalau kecenderungan itu tak dihentikan, lalu polisi juga masih selalu kalah selangkah dari buronan nomor satu itu, bukan mustahil kalau secara diam-diam keidolaan warga jutru mengacu ke Noordin M. Top!"
"Apalagi dalam serial action, yang didaulat jadi jagoan oleh penonton selalu tokoh yang unggul, seperti Noordin M. Top dalam kejar-kejaran dengan polisi!" sambut Umar. "Konon lazim pula jagoan action seperti Zorro, sendiri melawan pasukan banyak anggota!"
"Tak kalah heboh, di balik selalu lolosnya Noordin M. Top dari sergapan polisi, berembus pula isu bos teroris itu punya ilmu menghilang, meski info intel memastikan dia ada di suatu tempat, disergap ia lolos!" timpal Amir. "Tampak perlu ditinjau ekses tayangan serial drama teroris, karena selain bisa berbalik menjagokan Noordin M. Top, keimunan warga dari kekerasan perlu dicegah!" n
0 komentar:
Posting Komentar