Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mama Belajar Goblok dari Siapa?

"BUKA puasa singkong rebus doang?" keluh Budi. "Tak aneh kalau anak Mama tambah goblok!"
"Dimakan dulu baru komentar!" bentak ibu. "Itu kreasi ibu di bulan tua, masih untung ada singkong rebus ditaburi parutan keju!"
"Keju?" Budi tertarik makanan anak gedongan itu dipadu singkong, makanan anak udik. "Mantap gobloknya! Enak tenan! Bikin paduan singkong keju begini, Mama belajar goblok dari siapa?"

"Orang goblok karena tak mau belajar dari orang lain!" tegas ibu. "Ia menjadi goblok banget ketika membanggakan kegoblokannya!"
"Dengan membanggakan kreasi singkong-keju ini, berarti Mama goblok banget!" timpal Budi. "Itu didukung pilihan bahannya, keju impor! Ikutan menghabiskan devisa negara, ya?"

"Gobloknya mama justru karena memilih keju buatan dalam negeri!" tegas mama. "Mama lihat di televisi, meski merek terkenal dunia, keju ini diproduksi dengan bahan lokal di dalam negeri! Pabriknya kerja sama dengan peternak sapi perah di Batu, Malang! Keju dibuat dari susu sapi kental!"

"Terbukti gobloknya Mama!" tukas Budi. "Orang pintar memilih makanan yang 100 persen impor, terigu! Di negeri kita tak bisa menanam gandum, asal terigu! Tapi di negeri kita mayoritas orang pintar, sehingga politisi yang kampanye dengan intonasi berorientasi produk impor, bisa menang!"

"Mama sedih mengingat devisa yang diperoleh TKI lewat banting tulang di luar negeri dihabiskan orang-orang pintar untuk memakmurkan petani gandum negara lain! Padahal, petani negeri kita masih miskin!" tegas mama. "Bukan cuma petani gandum kita makmurkan, tapi juga petani buah!"

"Maka itu, meski TKI diperbudak, selalu kita dorong dengan pujian pahlawan devisa, demi devisanya diperlukan untuk menopang gaya hidup orang-orang pintar!" timpal Budi. "Coba hitung, devisa hasil berapa ratus atau bahkan ribu TKI yang dibutuhkan untuk membayar impor sebuah jam tangan Rolex buat orang pintar?"

"Mungkin itu salah satu alasan pendidikan negeri kita selalu terbelakang dari negara lain, karena amat diperlukan selalu banyak orang goblok untuk dijadikan penambang devisa, dari petani kopi dan lada, sampai buruh perkebunan dan pabrik komoditas ekspor!" tukas mama. "Seperti terakhir ini, warga dialihkan dari minyak tanah ke gas, ternyata gasnya harus impor! Menyedihkan, karena tanpa kita sadari, banyak orang pintar ketularan jadi goblok!"

"Kalau begitu, mobilitas sosial terbalik sedang terjadi di negeri kita!" sambut Budi. "Pada ujung prosesnya nanti, semakin goblok orang akan semakin tinggi status sosial ataupun kayanya!"

"Itu karena virus goblok yang ditebar Bob Sadino melalui bukunya Belajar Goblok(Kintamani: 2007) terus meluas!" tegas mama. "Akhirnya, orang-orang pintar nanti yang justru menjadi pekerja, atau malah pesuruh, orang goblok!" ***

0 komentar: