Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Libya, Gencatan Justru Pergencar Serangan!


"CARA berpikir Khadafi itu gimana sih?" tanya Umar. "Begitu Dewan Keamanan PBB menetapkan Resolusi All Necessary Measures—segala tindakan yang diperlukan—untuk melindungi warga sipil Libya, rezim Khadafi menyatakan gencatan senjata! Tapi di balik gencatan yang diumumkan itu militer justru mempergencar serangan altileri dan tank ke Kota Zintan, Misurata, Ajdabiya, bahkan kota pusat pejuang anti-Khadafi—Benghazi!"

"Dari situ bisa disebut, cara berpikir Khadafi licik dan mau benar sendiri saja—kalau dicalonkan dalam pemilihan ketua umum PSSI mungkin bisa menang!" sambut Amir. "Dengan situasi negerinya dipantau banyak media dunia dari menit ke menit itu, masih bisa seenaknya juru bicara pemerintah menyatakan gencatan senjata terlaksana real credible and solid! Padahal, pasukan pemerintah sendiri gila-gilaan melanggar gencatan senjata!"


"Tak kepalang lucu ketika Khadafi mengirim pesan khusus ke Presiden AS Barack Obama, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, dan PM Inggris David Cameron, menegaskan mereka semua tak punya hak untuk mencampuri urusan dalam negerinya!" timpal Umar.

"Untuk itu Khadafi mengancam, 'neraka' menanti setiap kekuatan asing yang masuk Libya! Pada kesempatan sama Khadafi meminta Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengirim tim pencari fakta ke negerinya, permintaan lama yang sering diulang Saif Khadafi—putra sang diktator—tak dipenuhi malah dijawab PBB dengan resolusi!"

"Lebih lucu saat DK PBB sidang Saif menyatakan sidang itu sudah terlambat, karena pasukan loyalis Khadafi dalam 48 jam akan selesai merebut kembali semua kota yang dikuasai demonstran!" tegas Amir. "Ternyata belum 48 jam resolusi PBB keluar, Khadafi membuat gencatan senjata tapi di lapangan program Saif dalam 48 jam merebut semua kota terus dijalankan!"

"Begitulah rezim Khadafi, licik, penuh tipu daya, bertindak sesukanya!" timpal Umar.

"Itu membuat jiwa warga sipil Libya lebih terancam dalam waktu antara keluarnya resolusi dan eksekutor resolusi tiba, karena dalam waktu yang singkat itu rezim Khadafi bisa melampiaskan haus darahnya dengan pembantaian besar-besaran warga sipil Libya!"

"Sedihnya, andai massacre dilakukan rezim Khadafi dalam waktu singkat ini, justru dicatat sejarah sebagai korban demokrasi!" tukas Amir. "Sebab, pembunuhan besar-besaran itu terjadi saat proses demokrasi debat panjang-lebar dan bertele-tele berlangsung di parlemen Inggris, Prancis, dan AS, untuk membuat persetujuan buat pemerintahnya mengirim pasukan eksekutor PBB ke Libya!" ***

0 komentar: