Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pers Australia Serang SBY!


"PERS Australia, The Age dan Sydney Morning Herald, menyerang Presiden SBY pada hari kunjungan Wapres Boediono ke negeri itu, Jumat!" ujar Umar. "Harian The Age menyebut SBY abused power--menyalahgunakan kekuasaan, mengintervensi jaksa dan hakim untuk melindungi tokoh politisi korup dan menekan musuh-musuhnya! Juga menggunakan intel untuk memata-matai rival-rivalnya, termasuk menteri seniornya!"

"Tulisan pers Australia bersumber bocoran Wikileaks atas kawat-kawat diplomatik laporan Kedubes AS Jakarta ke Washington!" sambut Amir. "Sydney Morning Herald dalam tulisan di halaman 17 (Focus) menuduh Ibu Negara Ani Yudhoyono memperkaya diri melalui koneksi politik! Sedang M. Jusuf Kalla dituding menghabiskan jutaan dollar untuk mengambil alih kendali atas partai terkuat di Indonesia (pascapemilu 2004), Golkar!"



"Pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Luar Negeri menyampaikan bantahan melalui Kedubes Australia di Jakarta!" timpal Umar. "Sedang Jusuf Kalla, yang saat berita itu tersiar berada di Jepang, lewat wawancara Radio Elshinta ia membantah soal jumlah uang yang dikeluarkan! Tak sampai jutaan dolar, kata Kalla, tapi hanya membayari tagihan kamar hotel peserta kongres dari daerah yang di luar tanggungan panitia! Tapi, tegas Kalla, hal-hal begitu biasa dalam partai politik di Indonesia!"
"Pernyataan Jusuf Kalla itu bisa dipercaya!" tegas Amir. "Artinya, ada hal-hal yang di Indonesia dianggap biasa, di negeri lain seperti Australia--home base Wikileaks--dianggap aneh! Atau di Jepang, Menlunya baru saja mundur karena menerima sumbangan dana politik yang dianggap ilegal setara Rp5 juta!"

"Dari situ tampak, atas isi kawat yang oleh Kedubes AS di Jakarta disebut laporan mentah, belum dikonfirmasi, terjadi perbedaan nilai dalam memahaminya!" timpal Umar. "Hal-hal yang dalam nilai-nilai Indonesia dianggap wajar, dalam persepsi negeri lain bisa terlihat aneh, bahkan abuse of power!"

"Beda rasa atas fakta antara kita dengan bangsa-bangsa lain itu bukan hal baru!" tukas Amir. "Jelas terasa kurang enak ketika yang kita rasa biasa-biasa saja, oleh mereka dianggap buruk! Seperti abused power, realitasnya dalam masyarakat kita sebatas apakah aparat penegak hukum bisa mencium dan membuktikan! Tanpa keberhasilan pembuktian itu, bangsa Indonesia justru punya kesadaran hukum tinggi dengan menjunjung asas praduga tak bersalah!"

"Maka itu, paling tepat respon Jusuf Kalla, yang penting tonjolkan substansinya dengan ekspresi dan intonasi merasa tak bersalah!" timpal Umar. "Sisanya, biarkan orang menikmati kemerdekaannya menilai sendiri!"

0 komentar: