"TEMANI aku ke ahli jiwa!" ajak Edo. "Sudah lima malam aku tak bisa tidur!" "Menemani kau ke ahli jiwa karena kau tak bisa tidur?" timpal Edi. "Sadarkah kau? Bisa dikira orang, salah satu dari kita sakit jiwa! Kalau bukan kau, pasti aku yang dianggap sakit jiwa! Selain itu, ahli jiwa itu tergolong dokter spesialis, sekali konsultasi tarif resminya bisa Rp100 ribu! Belum tentu sekali jumpa langsung sembuh! Kalau harus berkali-kali, apa kau punya duit banyak?"
"Tak bisa konsultasi gratis, ya?" tanya Edo.
"Mungkin bisa kalau bawa surat keterangan miskin dari lurah!" jawab Edi. "Tapi kenapa sih, berhari-hari kau tak bisa tidur?"
"Kalau aku berbaring di atas ranjang, serasa di bawah ranjang ada orang!" jelas Edo. "Sedang kalau aku ke kolong ranjang, orangnya di atas!"
"Huahaha, itu fobia orang tak rajin beribadah!" tegas Edi. "Pertama potong semua empat kaki ranjangmu! Lalu sebelum tidur, baca Ayat Kursi!"
"Apa hubungan kaki ranjang dan Ayat Kursi?" tanya Edo.
"Pemotongan kaki ranjang itu solusi logis, sedang Ayat Kursi solusi spiritual!" jelas Edi. "Dengan tak ada lagi kaki ranjang, tak ada kolongnya, jika kau di atas ranjang tak ada tempat bagi orang yang kau takutkan di bawah kolong! Sedang Ayat Kursi untuk mendapat jaminan perlidungan Yang Mahakuasa dengan pengawasan malaikat! Maksudnya, setiap masalah diselesaikan fisik-formalnya secara logis-rasional, dilengkapi solusi spiritual sehingga insya Allah masalah selesai dunia-akhirat!"
"Solusi dunia-akhirat!" timpal Edo. "Pasti itu yang diharapkan tokoh lintas agama dari pemerintahan SBY-Boediono, tapi ternyata tokoh lintas agama kecewa! Tanpa kecuali, pasangan SBY-Boediono sebenarnya telah berusaha maksimal sebatas kemampuan mereka sebagai manusia!" "Mungkin benar pasangan SBY-Boediono telah berusaha maksimal, tapi di mata tokoh lintas agama pelaksanaan tugas fisik-formalnya saja dilakukan dengan tidak memenuhi kriteria logis dan rasional, mereka sebut kebohongan!" tegas Edi. "Refleksi akhir tahun mereka di PP Muhammadiyah, Senin, diberi tajuk Tahun Penuh Dusta Masihkah Ada Asa Tersisa? Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan sepanjang 2011 kehidupan berbangsa penuh dusta dari para pemangku negara! Pemimpin negara punya kebiasaan lari dari masalah yang sudah jelas mendera bangsa!" (Detik.com, 19-12) "Tapi, apa standar orientasi dunia-akhirat itu tak terlalu berat buat pemerintah?" tanya Edo. "Kalau untuk keduniawian semata," jawab Edi, "Tak perlu tokoh lintas agama angkat bicara!" ***
"Solusi dunia-akhirat!" timpal Edo. "Pasti itu yang diharapkan tokoh lintas agama dari pemerintahan SBY-Boediono, tapi ternyata tokoh lintas agama kecewa! Tanpa kecuali, pasangan SBY-Boediono sebenarnya telah berusaha maksimal sebatas kemampuan mereka sebagai manusia!" "Mungkin benar pasangan SBY-Boediono telah berusaha maksimal, tapi di mata tokoh lintas agama pelaksanaan tugas fisik-formalnya saja dilakukan dengan tidak memenuhi kriteria logis dan rasional, mereka sebut kebohongan!" tegas Edi. "Refleksi akhir tahun mereka di PP Muhammadiyah, Senin, diberi tajuk Tahun Penuh Dusta Masihkah Ada Asa Tersisa? Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan sepanjang 2011 kehidupan berbangsa penuh dusta dari para pemangku negara! Pemimpin negara punya kebiasaan lari dari masalah yang sudah jelas mendera bangsa!" (Detik.com, 19-12) "Tapi, apa standar orientasi dunia-akhirat itu tak terlalu berat buat pemerintah?" tanya Edo. "Kalau untuk keduniawian semata," jawab Edi, "Tak perlu tokoh lintas agama angkat bicara!" ***
0 komentar:
Posting Komentar