SAAT bus siap berangkat, seorang ibu berpesan ke sopir, "Titip anak saya, kalau sampai Bakau, dia diberi tahu!"
Bus baru jalan si anak ke sopir, "Sudah sampai Bakau?"
"Belum! Masih jauh!" jawab sopir. "Kau tidur saja, kalau sampai Bakau dibangunkan!"
Si anak kembali duduk. Tapi tak lama kemudian kembali menanya sopir dan mendapat jawaban serupa. Tak puas dengan jawaban sopir, ia pun berkeliaran dalam bus dari depan ke belakang bolak-balik menanya satu per satu penumpang, "Sudah sampai Bakau?"
Jawaban semua penumpang sama dengan sopir! Juga berjanji membangunkan dia kalau sampai Bakau. Si anak pun kembali ke bangkunya dan tertidur lelap. Para penumpang jadi tenang, bisa tidur.
Usai menyeberang di Merak, sopir baru teringat si anak. Ia cek, ternyata anak itu masih tidur di bangkunya. "Setelah konsentrasi nyetir, di Bakau aku lupa pada anak ini! Tapi masak tak ada penumpang yang ingat?" tukas sopir. "Lalu, anak ini kita turunkan di Merak saja?"
"Jangan!" cegah penumpang serentak.
"Berarti kita balik ke Bakau mengantarnya?" tanya sopir. "Sampai sana nanti baru kita bangunkan dia?"
"Setuju!" jawab penumpang yang juga merasa bersalah tak membangunkan si anak.
"Kala mayoritas bersuara bulat, sopir wajib patuh!" sambut sopir.
Sesampai kembali di Bakau, sopir membangunkan si anak dengan disaksikan semua penumpang. Si anak bangun, menarik tasnya dari bawah kursi, mengambil kotak makanan lalu melahapnya.
"Sudah sampai Bakau, kau kan harus turun?" ujar sopir.
"Turun?" si bocah bingung. "Ibuku berpesan, kotak ini baru boleh kubuka setelah sampai Bakau!"
"Jadi pesannya bukan dia harus turun di Bakau!" entak sopir.
"Beginilah gara-gara mengikuti suara mayoritas, yang seharusnya sampai tujuan malah berputar-putar di jalan yang jauh dari tujuan!" "Memang kami berjanji pada anak itu seperti anggota Dewan pada konstituen!" kilah penumpang. "Tapi Pak Sopir yang justru menerima amanah seperti saat kepala daerah dilantik, jadi sopir menjalankan pemerintahan!" "Bagaimana kepala daerah bisa menjalankan mobilnya kalau untuk mengisi bensinnya mayoritas di DPRD mengisyaratkan penuhi dulu bensin mereka untuk ke study tour!" tukas sopir. "Bensin untuk study tour itu kan bargain, imbalan buat persetujuan mayoritas untuk bensin kepala daerah jalan-jalan di tujuannya sendiri bersama keluarga dan kroninya!" timpal penumpang. "Akibatnya, mobil beserta penumpang yang diamanatkan untuk diantar pun tak kunjung sampai tujuan!" "Tapi tetap saja sopir punya dalih, ketika mayoritas bersuara bulat!" entak sopir. "Akhirnya seperti kita, warga bangsa tak sampai ke tujuan bernegara!" ***
"Beginilah gara-gara mengikuti suara mayoritas, yang seharusnya sampai tujuan malah berputar-putar di jalan yang jauh dari tujuan!" "Memang kami berjanji pada anak itu seperti anggota Dewan pada konstituen!" kilah penumpang. "Tapi Pak Sopir yang justru menerima amanah seperti saat kepala daerah dilantik, jadi sopir menjalankan pemerintahan!" "Bagaimana kepala daerah bisa menjalankan mobilnya kalau untuk mengisi bensinnya mayoritas di DPRD mengisyaratkan penuhi dulu bensin mereka untuk ke study tour!" tukas sopir. "Bensin untuk study tour itu kan bargain, imbalan buat persetujuan mayoritas untuk bensin kepala daerah jalan-jalan di tujuannya sendiri bersama keluarga dan kroninya!" timpal penumpang. "Akibatnya, mobil beserta penumpang yang diamanatkan untuk diantar pun tak kunjung sampai tujuan!" "Tapi tetap saja sopir punya dalih, ketika mayoritas bersuara bulat!" entak sopir. "Akhirnya seperti kita, warga bangsa tak sampai ke tujuan bernegara!" ***
0 komentar:
Posting Komentar