"SETELAH ribuan massa yang tergusur kembali berkemah di lahan Silva Inhutani, Tugu Roda, Simpangpematang, Kabupaten Mesuji, Senin menggelar doa bersama dan testimoni, Selasa sebanyak ribuan orang muncul menuntut tanah di Perkebunan sawit PT BNIL, Kabupaten Tulangbawang!" ujar Umar. "Tampak, efek domino aksi massa berbilang ribuan di setiap lokasi bergerak amat cepat, Senin di Tugu Roda Mesuji, Selasa di BNIL Tulangbawang, esok entah di mana lagi!"
"Itu pertanda Pemprov dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Lampung bukan waktunya lagi untuk tetap adem ayem! Tunjukkan Lampung masih bertuan!" sambut Amir. "Selain karena banyak sengketa tanah yang bisa mempercepat efek dominonya, di Lampung setidaknya masih ada 200 ribu keluarga yang hidup nomaden, seperti di tempat-tempat tertentu yang jika terpicu amat cepat muncul dalam jumlah masif di suatu lokasi! Jumlah 200 ribu keluarga itu dengan asumsi 25 ribu tertampung proyek hutan kemasyarakatan (HKm) di Tanggamus!"
"Artinya, segenap pimpinan daerah harus segera tampil menghentikan gelagat buruk yang telanjur menggelinding, karena membiarkan gejala yang berakibat negatif secara multidimensi bagi Lampung itu, bisa lebih fatal—bisa merusak sendi-sendi tatanan sosial-ekonomi-politik Lampung yang sampai akhir pekan lalu masih kondusif!" tegas Umar. "Pentingnya segenap unsur pimpinan daerah tampil saksama mengatasi masalah ini karena tak mungkin lagi diselesaikan dengan power yang bersifat fisik—karena hanya berujung adu fisik—tetapi pendekatan kebijaksanaan, oleh power yang berwenang menguak jalan menyelesaikan masalah!"
"Kemampuan pimpinan di Lampung mengatasi konflik lahan di balik dinamikanya yang heboh, akan menjadi contoh bagi provinsi lain yang menghadapi kasus sejenis akibat pembiaran yang berlangsung secara nasional!" timpal Amir.
"Untuk penyelesaiannya, bukan satu jalan ke Roma! Terpenting justru terbangunnya saling pengertian menghadapi masalah bersama sebagai satu bangsa! Tak ada sikap mau benar dan mau menang sendiri, semua pihak harus siap tawar-menawar yang justru saling menguntungkan!" "Solusi pertama menerapkan HKm model Tanggamus di kabupaten lain yang punya potensi sama! Kedua, ditampung dalam kelompok usaha bersama hutan tanaman industri (HTI). Semua itu tentu hanya untuk sebagian!" tegas Umar. "Ketiga ditawarkan retransmigrasi—dengan segala fasilitasnya—seperti pernah dilakukan! Pokoknya disiapkan sejumlah pilihan, silakan pilih sendiri!" ***
"Untuk penyelesaiannya, bukan satu jalan ke Roma! Terpenting justru terbangunnya saling pengertian menghadapi masalah bersama sebagai satu bangsa! Tak ada sikap mau benar dan mau menang sendiri, semua pihak harus siap tawar-menawar yang justru saling menguntungkan!" "Solusi pertama menerapkan HKm model Tanggamus di kabupaten lain yang punya potensi sama! Kedua, ditampung dalam kelompok usaha bersama hutan tanaman industri (HTI). Semua itu tentu hanya untuk sebagian!" tegas Umar. "Ketiga ditawarkan retransmigrasi—dengan segala fasilitasnya—seperti pernah dilakukan! Pokoknya disiapkan sejumlah pilihan, silakan pilih sendiri!" ***
0 komentar:
Posting Komentar