"SEPEDA seorang penjaja roti diserempet mobil. Orang dan sepedanya masuk selokan, rotinya tumpah dari kaleng berserakan!" ujar Umar. "Tak lama datang polisi menanya, 'Ada apa, Pak?’"
Dengan darah di pelipisnya, penjaja roti yang belum sadar apa yang menimpa dirinya menjawab, "Ada roti cokelat! Ada roti keju!"
Saat itu muncul seorang pria yang mengaku melihat mobil yang menyerempet sekaligus memotret mobil itu dengan ponsel! "Ini Pak, gambarnya! Bisa diperbesar untuk melihat nomor polisinya!"
Sang polisi mencatat nomor polisi dan jenis mobil, lalu menyiarkan kepada jajaran polisi lewat radio komunikasi, serta memanggil mobil penolong.
"Mudah-mudahan penabrak lari itu tertangkap!" ujar pria. "Tak perlulah bicara soal moral! Tapi soal perasaan, masak dia sebagai manusia tak punya perasaan! Apalagi dia tahu korbannya penjaja roti, bagaimana keluarganya yang menunggu ia pulang membawa uang belanja, bagaimana ia membayar ke juragannya roti yang dia ambil, belum lagi biaya berobat, memperbaiki sepeda!"
"Justru untuk menghindari semua tanggung jawab itu maka ia lari!" timpal polisi.
"Tapi perilaku seperti itu yang membuat jalanan di Indonesia menjadi killing field! Jumlahnya lebih besar daripada korban warga sipil serangan Amerika ke Irak dan Afghanistan!" tukas pria. "Salah satu penyebabnya, polisi sering gagal menangkap pelaku tabrak lari!"
"Bagaimana mau menangkap tabrak lari, warga lain yang menyaksikan saja sering tak peduli!" timpal polisi. "Apalagi memotretnya, mungkin baru Bapak yang melakukannya!"
"Memang, kecenderungan warga yang permisif terhadap pelaku pelanggaran hukum menjadi salah satu penyebab orang tak jera!" tegas pria. "Lebih-lebih permisif pada koruptor, kedudukan sosialnya diberi tempat di posisi tinggi oleh masyarakat, setinggi kekayaan hasil korupsinya!" "Maksudnya, makin tinggi posisi sosial seseorang dalam masyarakat, terutama yang punya kaitan dengan pengelolaan dana publik, berarti semakin tinggi pula tingkat korupsinya?" kejar polisi. "Anda yang menyimpulkan begitu, bukan saya!" tegas pria. "Namun, dengan gejala yang semakin terbuka besarnya pertaruhan kekuatan material dalam persaingan memperebutkan posisi-posisi sosial yang tinggi, kesimpulan begitu ada juga benarnya! Itu merupakan bagian dari akibat sikap warga yang permisif terhadap koruptor, apalagi kalau penggunaan sebagian kecil dari hasil korupsinya dijadikan charity—beramal buat warga kurang mampu korban tindasan sistem—seperti Robin Hood!" ***
"Memang, kecenderungan warga yang permisif terhadap pelaku pelanggaran hukum menjadi salah satu penyebab orang tak jera!" tegas pria. "Lebih-lebih permisif pada koruptor, kedudukan sosialnya diberi tempat di posisi tinggi oleh masyarakat, setinggi kekayaan hasil korupsinya!" "Maksudnya, makin tinggi posisi sosial seseorang dalam masyarakat, terutama yang punya kaitan dengan pengelolaan dana publik, berarti semakin tinggi pula tingkat korupsinya?" kejar polisi. "Anda yang menyimpulkan begitu, bukan saya!" tegas pria. "Namun, dengan gejala yang semakin terbuka besarnya pertaruhan kekuatan material dalam persaingan memperebutkan posisi-posisi sosial yang tinggi, kesimpulan begitu ada juga benarnya! Itu merupakan bagian dari akibat sikap warga yang permisif terhadap koruptor, apalagi kalau penggunaan sebagian kecil dari hasil korupsinya dijadikan charity—beramal buat warga kurang mampu korban tindasan sistem—seperti Robin Hood!" ***
0 komentar:
Posting Komentar