Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Area 'Blue Ocean', Bansos Versi DPR!

USAI latihan soal blue ocean strategy—strategi lautan biru, yakni memilih pasar yang belum jenuh dengan persaingan—seorang penjual (salesman) alat pengisap debu menuju Rawa Situ, kawasan jauh dari kota! Sebuah rumah bagus pertama yang ditemuinya ia ketuk, dan saat pintu dibuka ia bersorak dalam hati dugaannya benar, rumah itu memakai ambal sebagai alas sofa dan mejanya. "Wah, ambal rumah ibu bagus, pasti buatan Turki dibeli saat naik haji!" ujar penjual memuji. "Cuma sayang, debunya tak pernah diisap! Ditambah sampah yang kutuangkan, dijamin diisap bersih oleh alat pengisap ini! Kalau tak bersih, kumakan sampah dan debu ambalnya!" ibu pemilik rumah yang semula heran melihat aksi si penjual, seketika nyeletuk, "Mulailah memakan sampah dan debu itu karena rumah ini belum dapat aliran listrik!" "Belum ada listrik?" entak penjual, keringat dingin mencucur di keningnya. "Berarti kawasan ini lebih tepat sebagai lautan biru untuk bantuan sosial (bansos) DPR sebesar Rp4,3 triliun, yang diminta DPR dari bansos Kementerian Pertanian!"

"Kalau DPR diberi bansos, bisa benar-benar masuk lautan biru!" timpal ibu. "Jangankan bansos dari DPR yang jauh! Bansos kabupaten dan provinsi saja, yang kabarnya mubal (seperti lebah keluar sarang) setiap pilkada, yang sampai kawasan terpencil ini cuma beritanya! Sedang dana bansosnya sendiri, terbang entah ke mana!" "Kalau bantuan Kementerian Pertanian, semisal bibit atau lainnya, ada sampai?" tanya penjual. "Justru bantuan seperti itu yang sampai!" jawab ibu. "Lengkap dengan para penyuluh pertanian yang sering mampir ngopi di rumah ini!" "Artinya, malah bansos ketika dijadikan sebagai dana politik yang menguap!" tukas penjual.

"Dan itu bukan rahasia umum lagi secara nasional, bansos menjadi senjata ampuh incumbent dalam pilkada di seantero negeri! Meskipun demikian, sejauh ini belum ada cara mencegahnya yang bisa dilaksanakan secara efektif!" "Mungkin justru karena tergiur melihat nikmatnya penguasa dan politisi daerah menyedot sepuasnya dana bansos, para politisi di DPR juga ingin ikutan bermain bansos!" timpal ibu. "Tapi, apakah DPR kurang kerjaan, hingga mau repot ikut jadi penyalur bansos? Kabarnya dalam pembuatan undang-undang saja, DPR tak mencapai target!" "Mungkin mengelola bansos justru lautan biru bagi anggota DPR, karena sambilan lain, semisal main proyek, sudah disorot publik!" tukas penjual. "Berarti alat pengisapmu cocok buat mengisap bansos dari kementerian mitra kerja DPR!" saran ibu. "Di sana listriknya menyala terus pula!" ***

0 komentar: