"DIBANDING warga yang mentas dari bawah garis kemiskinan di seluruh Indonesia sebesar 0,13% atau 129,1 ribu orang, dari Maret 2011 jumlahnya 30,02 juta orang jadi 29,89 juta orang September 2011, lebih banyak yang terjatuh dari kelompok mampu ke permukaan garis kemiskinan, istilah teknis BPS jadi nyaris miskin, sebesar 685,9 ribu orang!" ujar Umar. "Itu, lima kali lipat dari jumlah orang yang mentas dari bawah garis kemiskinan!"
"Pokoknya, makin berjubel yang masuk golongan ekonomi lemah!" timpal Amir. "Masalah ini cukup musykil, sebab pembengkakan golongan ekonomi lemah terjadi justru saat isyarat makro ekonomi baik, pertumbuhan ekonomi 6,5%, inflasi 3,79%!"
"Kenapa musykil? Justru itu konsekuensi logis dari sistem neoliberalisme—neolibs—saat singa dan macan (pemodal sangat kuat bahkan asing) dijadikan satu gelanggang dengan kambing alias ekonomi lemah!" tegas Umar.
"Jumlah 685,9 ribu orang gugur di pasar neolibs itu baru tahap awal! Tahap berikutnya bisa jauh lebih masif lagi!"
"Memang, warung retail jaringan asing kini sudah merasuk jauh pelosok desa!" timpal Amir. "Jangan dibilang lagi kalau di kota, pasar tradisional kandas! Pertahanan terakhir pasar tradisional tinggal pada budaya belanja kaum ibu kita!"
"Budaya belanja seperti apa?" kejar Umar.
"Budaya belanja suka menawar harga!" jelas Amir. "Dengan bisa tawar-menawar langsung harga setiap barang yang dibeli, kebanyakan kaum ibu kita bisa merasakan kepuasan dalam berbelanja! Di pasar modern, semua barang diberi banderol harga pasti!"
"Di pasar modern ada obral diskon!" timpal Umar.
"Tetap saja tak ada proses tawar-menawar!" tegas Amir.
"Itu berarti, dalam bersaing dengan kekuatan modal raksasa kelas dunia yang terjun bebas bersaing dengan pedagang lokal yang lemah modal di arena pasar neolibs, aneka kekuatan budaya lokal yang disebut kearifan lokal atau lokal genius harus bisa dijadikan andalan!" "Tapi itu saja tidak cukup! Lokal genius itu cuma bisa seperti tanduk kambing, meski panjang dan tajam selalu kecil artinya buat menghadapi singa dan macan!" tegas Umar. "Jadi, tetap perlu sistem yang strategis agar kambing tak dimangsa singa!" "Berarti sistem ekonomi kita harus dikembalikan ke garis konstitusi!" timpal Amir. "Sayangnya, itu bisa bertentangan dengan strategi proneolibs yang diterapkan pemerintah! Tak mungkin kita menentang pemerintah! Akibatnya, cuma bisa pasrah jika kerontokan masuk golongan ekonomi lemah semakin masif!" ***
"Itu berarti, dalam bersaing dengan kekuatan modal raksasa kelas dunia yang terjun bebas bersaing dengan pedagang lokal yang lemah modal di arena pasar neolibs, aneka kekuatan budaya lokal yang disebut kearifan lokal atau lokal genius harus bisa dijadikan andalan!" "Tapi itu saja tidak cukup! Lokal genius itu cuma bisa seperti tanduk kambing, meski panjang dan tajam selalu kecil artinya buat menghadapi singa dan macan!" tegas Umar. "Jadi, tetap perlu sistem yang strategis agar kambing tak dimangsa singa!" "Berarti sistem ekonomi kita harus dikembalikan ke garis konstitusi!" timpal Amir. "Sayangnya, itu bisa bertentangan dengan strategi proneolibs yang diterapkan pemerintah! Tak mungkin kita menentang pemerintah! Akibatnya, cuma bisa pasrah jika kerontokan masuk golongan ekonomi lemah semakin masif!" ***
0 komentar:
Posting Komentar