"WALI Kota Solo Joko Widodo dan wakilnya mulai Selasa (3-1) memakai mobil dinas buatan murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Singosari, Malang!" ujar Umar. "Pilihan Jokowi—panggilan akrab Wali Kota Solo—itu memakai mobil nasional buatan anak SMK itu luar biasa, terutama dalam menghargai karya anak negeri untuk mendorong putra-putri bangsa berprestasi lebih gemilang!"
"Memang, meski mobil Esemka seri Kiat itu masih pakai mesin Timor (sedan) 1.500 cc dimodifikasi, sisanya pada mobil berbodi gaya SUV (sport utility vehicle) itu sepenuhnya buatan Indonesia hasil rekayasa siswa SMK!" timpal Amir.
"Dengan begitu, ada dua yang harus diacungi salut! Pertama, SMK 1 Singosari yang berhasil mendidik muridnya untuk melahirkan mobil nasional—kebanggaan yang lama diimpikan bangsa! Kedua, salut pada Jokowi yang merespons positif prestasi anak SMK itu, membuat anak-anak bangsa lebih optimistis pada arti prestasinya bagi masa depan bangsa!"
"Salut buat Jokowi hasil pilihan 90% suara pemilih Pilkada Solo karena lazimnya kepala daerah membeli mobil dinas LC (Land Cruiser) 4.000 cc di atas Rp1 miliar, dia memilih mobil dinas di bawah Rp200 juta, buatan murid SMK pula!" tegas Umar. "Salut buat SMK Singosari mendorong SMK lain setanah air ikut berbangga dan termotivasi untuk berpacu mengikuti jejak prestasinya!"
"SMK di Lampung juga banyak yang berprestasi, lulusannya mampu bersaing di lapangan kerja!" timpal Amir. "Bahkan film dokumenter karya murid SMKN 5 Bandar Lampung Desember 2011—untuk kesekian kalinya—keluar sebagai juara 1 Festival Nasional Film Pelajar di Yogyakarta! Artinya, prospek SMK dalam pembangunan sumber daya manusia semakin bisa diandalkan!"
"
Dari semua itu, diharapkan para orang tua yang secara nyata tak memiliki napas panjang dalan keuangan, lebih tepat mengarahkan anaknya masuk SMK, bukan ikut bersaing di sekolah umum yang berorientasi ke jalur pendidikan untuk meraih gelar sarjana!" tegas Umar. "Sebab, kalau keuangan orang tuanya cekak, tak mampu mengikuti masa pendidikan yang panjang (long term education), sayap anak patah—tak lagi bisa terbang menggapai cita-citanya!" "Tapi, dalam masyarakat yang cenderung bersikap feodal, gelar sarjana bukan standar kemampuan intelektual, tapi lebih sebagai status sosial, sekolah kejuruan cuma diminati warga kelas menengah bawah!" timpal Amir. "Maka itu, prestasi SMK yang meroket kini diharapkan bisa membalikkan cara pandang sedemikian! Itu diperkuat realitas, kian panjangnya barisan sarjana penganggur!" ***
Dari semua itu, diharapkan para orang tua yang secara nyata tak memiliki napas panjang dalan keuangan, lebih tepat mengarahkan anaknya masuk SMK, bukan ikut bersaing di sekolah umum yang berorientasi ke jalur pendidikan untuk meraih gelar sarjana!" tegas Umar. "Sebab, kalau keuangan orang tuanya cekak, tak mampu mengikuti masa pendidikan yang panjang (long term education), sayap anak patah—tak lagi bisa terbang menggapai cita-citanya!" "Tapi, dalam masyarakat yang cenderung bersikap feodal, gelar sarjana bukan standar kemampuan intelektual, tapi lebih sebagai status sosial, sekolah kejuruan cuma diminati warga kelas menengah bawah!" timpal Amir. "Maka itu, prestasi SMK yang meroket kini diharapkan bisa membalikkan cara pandang sedemikian! Itu diperkuat realitas, kian panjangnya barisan sarjana penganggur!" ***
0 komentar:
Posting Komentar