SEORANG anak minta izin ibunya untuk bermain ke rumah temannya di seberang jalan raya. "Boleh!" jawab ibunya. "Tapi hati-hati, kalau menyeberang tunggu setelah mobil lewat!"
Hampir setengah jam kemudian si anak pulang menangis. Ditanya ibunya kenapa menangis, dia jawab, "Aku tak bisa menyeberang! Lama nian kutunggu tak ada mobil lewat!"
"Kalau lama tak ada mobil lewat, seharusnya itu paling aman buat menyeberang jalan!" timpal ibu.
"Tapi pesan ibu kan harus menunggu mobil lewat baru boleh menyeberang!" kilah anak.
"Pesan ibu itu kalau lagi ramai lalu lintas!" tegas ibu. "Kalau cukup lama tak ada mobil lewat, itu momentum terbaik untuk menyeberang jalan!"
"Ayo kuantar ke seberang!" sela ayahnya
"Sudah kelamaan! Pasti mereka sudah pergi!" jawab anak. "Janjinya, mereka tunggu saya sampai lima belas menit lalu untuk ke pantai!"
"Dasar nasibmu!" timpal ayah. "Momentum yang terbuka untuk menyeberang jalan terlewatkan akibatnya momentum itu hilang!"
"Momentum sudah terlewat dan hilang tak perlu disesali!" tegas ibu. "Seperti pemerintah, terlewat dan kehilangan momentum menaikkan harga BBM tahun lalu, padahal itu perintah UU APBN 2011 bertepatan harga BBM dunia tahun itu bercokol lama di atas 100 dolar AS/barel! Kini saat UU APBN 2012 menetapkan pembatasan BBM (premium), pemerintah ragu melaksanakan, malah mau kembali pada kebijakan menaikkan harga BBM, padahal jelas momentumnya—saat paling tepat mengambil langkah—telah terlewat dan hilang!"
"Gaya pemerintah selalu terlewat dan kehilangan momentum dalam banyak hal sudah menjadi pembicaraan sejak lama!" timpal ayah. "Itu salah satu sebab kemajuan negeri kita tak sepesat advantage (keberuntungan sumber alam) yang dimiliki nyata lebih baik dari Brasil, Rusia, India, dan China, tapi jadi ketinggalan dari kemajuan negeri mereka karena kita selalu tak tepat waktu, terlewat, dan hilang momentum!" "Lebih celaka lagi kalau masalah yang kehilangan momentum itu dicoba pada lain waktu yang tak tepat situasi dan kondisinya, hingga membuang ongkos sosial-ekonomis yang tak perlu!" tegas ibu. "Akibatnya, banyak energi dan dana bangsa terbuang untuk kebijakan yang kurang efektif! Contohnya, kalau harga BBM lokal naik tahun lalu saat harga minyak dunia bercokol lama di atas 100 dolar AS/barel, selain momennya tepat dengan harga dunia itu, juga signifikan dalam mengurangi pembengkakan subsidi! Kalau harga minyak dunia di bawah 100 dolar AS/barel, menaikkan harga BBM lokal secara psikologis tak pas bagi rakyat, pengurangan subsidinya juga tak signifikan!" ***
"Gaya pemerintah selalu terlewat dan kehilangan momentum dalam banyak hal sudah menjadi pembicaraan sejak lama!" timpal ayah. "Itu salah satu sebab kemajuan negeri kita tak sepesat advantage (keberuntungan sumber alam) yang dimiliki nyata lebih baik dari Brasil, Rusia, India, dan China, tapi jadi ketinggalan dari kemajuan negeri mereka karena kita selalu tak tepat waktu, terlewat, dan hilang momentum!" "Lebih celaka lagi kalau masalah yang kehilangan momentum itu dicoba pada lain waktu yang tak tepat situasi dan kondisinya, hingga membuang ongkos sosial-ekonomis yang tak perlu!" tegas ibu. "Akibatnya, banyak energi dan dana bangsa terbuang untuk kebijakan yang kurang efektif! Contohnya, kalau harga BBM lokal naik tahun lalu saat harga minyak dunia bercokol lama di atas 100 dolar AS/barel, selain momennya tepat dengan harga dunia itu, juga signifikan dalam mengurangi pembengkakan subsidi! Kalau harga minyak dunia di bawah 100 dolar AS/barel, menaikkan harga BBM lokal secara psikologis tak pas bagi rakyat, pengurangan subsidinya juga tak signifikan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar