Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Polisi yang Disiplin dan Profesional!

SAAT Umar menyetir santai di lintas Sumatera, seorang pengendara sepeda motor besar menyalip sambil berteriak, "Siapa pernah mengendarai Harley?" "Sok amat itu orang!" entak Umar lalu memacu mobilnya. Tapi tak terkejar. Ternyata di tikungan tajam pengendara sepeda motor besar itu terkapar di rumput kiri jalan, sepeda motornya di parit kanan jalan! Umar menghentikan mobilnya dan bergegas, si pengendara sepeda motor yang telentang menyambut Umar, "Pernah naik Harley? Di mana remnya?" "Seperti motor lain!" jawab Umar. "Remnya di depan pijakan kaki kanan!" "Memangnya tempat rem motor di situ?" sambut pengendara Harley. "Ya ampun!" sela Amir yang bersama Umar. "Letak rem saja tak tahu, kau kendarai motor besar?" "Hua, ha..ha!" Umar terbahak. "Sama! Pasukan kecil atau besar remnya terletak pada disiplin! Tapi seperti pasukan Brimob di Pelabuhan Sape, Bima, meskipun telah ada perintah berhenti menembak tapi terus dar-der-dor dan menyerang, maka masalah besar kepolisian kita pada 2012 adalah tempat remnya, memastikan tegaknya disiplin!" 

"Lebih serius lagi penegakan disiplin itu berkaitan dengan usaha memantapkan polisi sebagai aparat sipil!" timpal Amir. "Coba putar ulang pelaksanaan tugas polisi setiap menghadapi demo massa, baik mahasiswa maupun warga sipil, sebagian besar bukan sekadar berujung bentrokan polisi dengan massa! Penanganannya tidak terpola sebagai pengendali massa, sering seperti tim sepak bola yang terpancing gaya permainan lawan—kalau lawan main lempar batu, polisi ikut lempar batu! Padahal petugas keamanan harus selalu beyond—melampaui—yang dilakukan warga sipil untuk mengatasinya!" "Beyond dimaksud bukan melampaui jenis senjata yang digunakan, atau kerasnya pukulan, melainkan sebagai aparat sipil harus lebih unggul dalam melakukan berbagai cara sesuai dengan sistem demokrasi, mulai pendekatan persuasif sampai membuka jalan perundingan menuju solusi yang adil!" tegas Umar. 

"Usaha ke arah itu terlihat memang sering dicoba, tapi selain kurang persuasif dalam arti tak memberi ruang bargain bagi warga, juga terlalu berpihak penguasa yang justru menutup diri atas kecurangan yang diprotes massa! Contohnya, wakil massa minta waktu dialog dengan pimpinan daerah saja tak diberi kesempatan, malah konyol, memilih bentrok—adu fisik—polisi dengan massa!" "Dengan begitu yang menonjol justru sebagai aparat sipil polisi sangat tidak profesional!" timpal Amir. "Artinya, selain mengefektifkan rem disiplin, pematangan profesionalitas sebagai aparat sipil menjadi prioritas pembenahan Polri 2012!" ***

0 komentar: