"DI tengah sibuknya warga seantero negeri demo mencari penyelesaian masalahnya akibat kelalaian penguasa, sekelompok relawan dari warga jelata Ibu Kota tekun menarik rangkaian magnet di jalanan untuk menyapu bersih ranjau paku yang sering mencoblos ban mobil dan motor!" ujar Umar. "Seperti diperlihatkan di berita televisi, pada satu ruas jalan saja mereka bisa dapat berkilo-kilo paku, yang ada di situ karena ada yang menebar!"
"Murninya gerakan tanpa tokoh sentral atau sponsor terutama yang bertujuan cari muka, kerja para relawan itu justru bisa mengisi kekosongan rakyat dari keteladanan yang gagal dihadirkan para pemimpin!" timpal Amir.
"Karena itu layak disampaikan salut pada Polda Metro Jaya yang menghargai para relawan dengan memberi jaket spotlite agar mereka bisa terlihat oleh pengendara saat bekerja di jalanan!"
"Masalahnya bukan cuma soal keteladanan yang sukar didapat dari para pemimpin, tapi justru datang dari warga jelata!" tegas Umar. "Lebih jauh dari itu, para pemimpin malah menonjolkan cara kehidupan yang mau berlimpah-mewah sendiri tanpa memedulikan penderitaan rakyat! Sebagai contoh, ruang kerja Badan Anggaran DPR diperbaiki dengan biaya lebih Rp20 miliar padahal ruang kerja yang lama masih sangat baik, sementara di perdesaan tak jauh dari gedung DPR itu banyak bangunan sekolah Inpres yang lapuk tak kunjung direhab sehingga murid dan guru tak tenang belajar-mengajar!"
"Uang lebih Rp20 miliar itu bisa merehab puluhan sekolah, menjamin keamanan ribuan murid dan guru dari runtuhnya bangunan!" timpal Amir.
"Tapi begitulah nasib rakyat yang mungkin sedang diuji ketahanannya untuk bertahan hidup di bawah para pemimpin yang hanya memikirkan kepuasan dirinya semata! Tanpa kecuali mereka umumnya terikat kontrak sosial di bawah sumpah untuk mengutamakan kepentingan rakyat dari kepentingan pribadinya!" "Karena itu, munculnya keteladanan dari kerja untuk kepentingan orang banyak yang dilakukan benar-benar tanpa pamrih oleh relawan penyapu ranjau paku jalanan itu, menggugah kesadaran kita tentang pentingnya arti pengorbanan bagi sesama!" tegas Umar. "Sedihnya hal itu semakin susah diharap dari mayoritas pemimpin, justru muncul dari kalangan jelata! Akhirnya jaringan di kalangan jelatalah yang memperkuat akar bagi tegaknya bangsa! Sayang para pemimpinnya tak tumbuh sebagai batang yang kokoh, daun rindang, buah lebat, tapi cuma jadi benalu yang mengisap layu pohon negara-bangsa!" ***
"Tapi begitulah nasib rakyat yang mungkin sedang diuji ketahanannya untuk bertahan hidup di bawah para pemimpin yang hanya memikirkan kepuasan dirinya semata! Tanpa kecuali mereka umumnya terikat kontrak sosial di bawah sumpah untuk mengutamakan kepentingan rakyat dari kepentingan pribadinya!" "Karena itu, munculnya keteladanan dari kerja untuk kepentingan orang banyak yang dilakukan benar-benar tanpa pamrih oleh relawan penyapu ranjau paku jalanan itu, menggugah kesadaran kita tentang pentingnya arti pengorbanan bagi sesama!" tegas Umar. "Sedihnya hal itu semakin susah diharap dari mayoritas pemimpin, justru muncul dari kalangan jelata! Akhirnya jaringan di kalangan jelatalah yang memperkuat akar bagi tegaknya bangsa! Sayang para pemimpinnya tak tumbuh sebagai batang yang kokoh, daun rindang, buah lebat, tapi cuma jadi benalu yang mengisap layu pohon negara-bangsa!" ***
0 komentar:
Posting Komentar