"SPBU--Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum--di jalan lintas Sumatera rajin pasang rambu--Maaf Solar Habis!" ujar Umar. "Tak ayal, truk-truk Sumatera--Jawa siap antre lama untuk mengisi solar di SPBU yang terima pasokan! Banyak pula yang antre meski solar belum datang tapi ada isyarat petugas SPBU akan ada pasokan, takut kehabisan solar di jalan!"
"Antre solar itu menghambat arus barang Sumatera--Jawa!" timpal Amir. "Ada dua hal yang menggelikan, Presiden dan kabinetnya sedang membahas subsidi premium, tapi di lapangan malah solar yang langka! Kedua, masih bulan April kelangkaan solar sudah terjadi padahal logisnya krisis kuota terjadi pada triwulan akhir tahun!"
"Dengan begitu terkesan, di balik antre solar--malah juga di Jawa--itu kayaknya ada yang membuktikan kebebalan dirinya, sehingga kelangkaan dibuat justru sejak kuartal pertama masa kuota!" tegas Umar. "Siapa yang mau membuktikan kebebalan dirinya itu, rakyat akan tahu sendiri nantinya! Karena rakyat yang dibuat sengsara, antre solar berjam-jam, menghambat tripnya hingga waktu tempuh makin panjang, tambah lelah tiada tara! Pasti mereka akan berpikir dan mencari tahu siapa orang bebal yang menyengsarakan dirinya!"
"Lebih sengsara lagi nelayan, seperti berita televisi, sudah berminggu-minggu tak melaut karena tak bisa membeli solar pakai jeriken!" timpal Amir. "Betapa bebalnya itu orang yang diberi kuasa mengelola kekayaan negara dengan sok kuasanya sengaja menyendat penyaluran kebutuhan rakyat! Akibatnya, rakyat yang memang sudah sengsara nian dibuat tambah menderita!"
"Lantas buat apa orang-orang yang berkuasa mengelola kekayaan negara itu membuktikan kebebalan dirinya?" kejar Umar.
"Mungkin penguasa zalim memang mencari orang-orang bebal untuk kepanjangan tangan kekuasaannya, mengemban kepercayaannya!" jawab Amir.
"Utamanya bebal atas penderitaan rakyat, hingga semakin sengsara rakyat terkait kekuasaan yang diemban seorang pejabat, makin tepat pula sang pejabat di posisi itu!"
"Berarti orang yang berhasil membuktikan kebebalannya dipercaya penguasa!" tukas Umar. "Setiap kejadian konyol pun bisa jadi lomba bebal memikat hati penguasa!" ***
0 komentar:
Posting Komentar