"SABTU (30-3) Korea Utara (Korut) menetapkan status perang lawan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat—AS!" ujar Umar. "Presiden Kim Jong-Un sehari sebelumnya mengancam akan menyulut perang nuklir dengan merudal Guam dan Hawai—pangkalan militer AS! Alasannya, AS memprovokasi dengan pengebom U-2 di Jazirah Korea dan latihan bersama dengan Korsel!"
"Alasan itu tak sebanding untuk menyulut perang nuklir!" timpal Amir. "Perlu alasan lain kenapa Kim Jong-Un jadi begitu marah, hingga mengancam perang nuklir yang ujungnya cuma jadi bunuh diri massal bangsanya!"
"Alasan yang bisa membuat Kim Jong-Un jadi semarah itu mungkin sanksi DK PBB 7 Maret atas percobaan nuklir Korut 12 Februari!" tegas Umar. "Sanksi embargo senjata dan larangan perdagangan dalam teknologi nuklir dan rudal dengan Korut, ditambah (yang membuat Un marah) larangan bagi elite Korut mengimpor barang mewah—kapal pesiar, mobil balap, mobil mewah, dan perhiasan!" (Tempo.co, 8-3).
"Larangan impor barang mewah itu sensitif di warfare state seperti Korut, di mana rakyatnya dipompa patriotisme tinggi hidup menderita serbakekurangan, elitenya diam-diam hidup mewah!" tukas Amir. "Itu memicu amarah Kim Jong-Un! Tapi ada hal yang lebih prinsipil!"
"Soal apa?" kejar Umar.
"Keluarnya sanksi DK PBB itu anomali yang membuat Korut merasa sendirian!" tegas Amir.
"Dalam DK PBB ada China dan Rusia, pembela Korut sejak Perang Korea 1951-53, tapi kenapa tak menggunakan hak vetonya untuk resolusi itu? Saat China dan Rusia meloloskan resolusi, berarti Korut tak punya siapa-siapa lagi!"
"Berarti ancaman Korut ke Korsel dan AS itu sodokan biliar, pantulannya menuju China dan Rusia. Kalau kedua pelindung Korut sudah tega Korut dikeroyok dunia (risiko putusan DK PBB), maka Korut pun nekat!" timpal Umar.
"China kena dampak langsung jika Korut menyulut perang, jutaan pengungsi dari Korut akan membanjiri China!"
"Tapi China masa kini yang mitra dagang terbesarnya AS, bahkan sejak Februari telah menghentikan kiriman bantuan 300 ribu barel/bulan BBM ke Korut, sebagai isyarat tak setuju percobaan nuklir Korut, agaknya bisa saja mengecewakan Kim Jong-Un!" tegas Amir.
"Apalagi Rusia yang duta besarnya memimpin sidang sebagai Ketua DK PBB saat memutuskan resolusi menjatuhkan sanksi buat Korut!" ***
0 komentar:
Posting Komentar