"AS—Amerika Serikat—dan Rusia, Sabtu (14-9), sepakat menghapus bersih senjata kimia Suriah sampai medio 2014!" ujar Umar. "Suriah harus mematuhi kesepakatan yang dibuat Rusia—negara sekutunya itu—tanpa syarat!
Jika ingkar, Suriah harus menghadapi hukuman PBB!"
"Malang nian nasib Suriah, tanpa disertakan dalam perundingan Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Levrov itu, tahu-tahu terikat kesepakatan yang dihasilkan!" timpal Amir.
"Lucunya, sebelum perundingan itu digelar, Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka menyatakan pihak gerilyawan oposisi Suriahlah yang harus bertanggung jawab atas serangan senjata kimia yang menewaskan lebih 1.000 orang itu! Tapi tiba-tiba Rusia malah membuat kesepakatan yang eksplisit menghukum Suriah sebagai pelakunya!"
"Lebih ironis, kesepakatan yang menghukum Suriah itu dibuat Sabtu, padahal tim penyelidik PBB atas penggunaan senjata kimia itu baru akan mengumumkan hasil kerjanya Senin (16-9)!" tukas Umar.
"Kenapa Rusia demikian tega mengorbankan sekutunya untuk dilucuti helai demi helai penutup aib di tubuhnya? Ada deal apa di balik kesepekatan AS-Rusia hingga menjadikan Suriah sebagai tumbalnya?"
"Bisa jadi deal-nya bukan antara Rusia dan AS!" timpal Amir. "Tapi antara Rusia-Suriah! Bahwa tanpa serangan AS dan sekutunya ke Suriah, jadi lawan rezim Assad tetap gerilyawan oposisi, dengan bantuan ekstra Rusia, China, dan Iran, kemungkinan Al-Assad mengakhiri konflik dengan kemenangan bukan mustahil!
Petunjuk untuk itu sudah dibuktikan dengan pengerahan pasukan Hizbullah pro-Iran dari Lebanon, pemerintahan Suriah mampu bertahan lebih lama, bahkan di sana-sini bisa memukul mundur pemberontak!
Jadi, kalau kualitas dan kuantitas pasukan pro-Assad ditingkatkan—meski belanja persenjataan militer Suriah ke Rusia dan China bertambah, peluang mengakhiri konflik masih ada!"
"Sebaliknya, kelemahan pasukan oposisi justru pada bantuan senjata dan perbekalan yang dilakukan sembunyi-sembunyi dari bantuan asing, penambahan pasokannya tak bisa dilakukan seleluasa rezim penguasa!" tegas Umar.
"Juga tambahan pasukan, rezim bisa merekrut pasukan asing sejenis Hizbullah, sedang pemberontak tak mudah menambah jumlah patriot!" ***
0 komentar:
Posting Komentar