“BANK Sentral Amerika—The Federal Reserve Bank—Kamis dini hari (WIB) merilis keputusan mempertahankan stimulus ekonomi—sebesar 85 miliar dolar AS per bulan untuk membeli obligasi Pemerintah AS!” ujar Umar. “Gubernur The Fed Ben Bernanke menegaskan kebijakan itu diambil karena The Fed menilai pemulihan ekonomi AS belum meyakinkan!” (ROL, 19-9)
“Kebijakan The Fed itu mengecoh karena sejak Mei lalu merebak isu The Fed akan menurunkan dan menghentikan stimulus yang berjalan sejak 1998, pemerintah dan otoritas keuangan dunia—terutama di negara-negara berkembang—melakukan antisipasi menangkal dampaknya!” timpal Amir. “Ternyata, saat diumumkan, isi kebijakan justru sebaliknya!”
“Bank Indonesia (BI), misalnya, dalam empat bulan terakhir telah empat kali menaikkan suku bunga acuan (BI rate) hingga total naik 1,5% menjadi 7,25%—dari semula pada tingkat ideal 5,75%!” tukas Umar.
“Meskipun secara nyata BI melakukan itu sebagai ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM, pihak eksekutif selalu mengalihkan isunya ke rencana kebijakan The Fed—terbukti akhirnya keliru!” “Padahal, sejak awal isu itu dieksploitasi, dampak negatifnya menekan pasar saham dengan banyak penjualan net transfer modal asing kembali ke negeri asalnya!” timpal Amir.
“Aliran dana asing pulang kampung itu membuat neraca berjalan defisit, rupiah ikut tertekan dan melemah signifikan! Pemerintah membuat empat kebijakan untuk mengatasi semua dampak negatif rencana The Fed itu, utamanya defisit neraca berjalan!”
“Tapi akhirnya terjadi simpul balik karena isu The Fed yang mengguncang ekonomi dunia demi memperkuat dolar AS, ketika kemudian The Fed menetapkan kebijakan dengan kepastian sebaliknya—mempertahankan stimulus—maka arah situasi berbalik juga terjadi!” tegas Umar.
“Begitu usai Bernanke menyampaikan keputusannya, mata uang dolar AS langsung anjlok signifikan terhadap semua mata uang utama dunia—euro, poundsterling, yen, dan lainnya! Rupiah juga ikut menguat signifikan Kamis (2,13% kurs tengah Bloomberg pukul 09.09 WIB) atau Rp11.083 per dolar AS! IHSG malah mencatat rekor kenaikan terbaik di bursa Asia sesi pagi, 2,54%!
Artinya, kebijakan terakhir The Fed bisa jadi resep terakhir pemulihan ekonomi kita!” ***
0 komentar:
Posting Komentar