Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Transformasi, Agraris ke Industri! (2)

"MESKI per rumah tangga rata-rata empat jiwa, 250 juta penduduk jadi 62,5 juta rumah tangga, hingga 26,126 juta rumah tangga petani (RTP) masih sekitar 40 persen penduduk hidup di sektor pertanian, tetap perlu disimak kenapa banyak petani menderita hingga berjuang agar anaknya tak lagi hidup sengsara sebagai petani seperti dirinya?" tukas Umar. 

"Petani sengsara di Republik ini karena secara sistemik ditindas penguasa, sejak Orde Baru berlanjut ke era Reformasi yang dalam bidang pertanian melanjutkan kebijakan Orde Baru!" tegas Amir. 

"Terutama melalui strategi harga komoditas pertanian yang ditekan pada tingkat terendah agar kaum buruh bisa digaji rendah hingga industri menikmati laba yang menawan investor untuk investasi di sini, serta menuai pajak besar untuk negara! Kendali harga dilakukan Bulog berdasar instruksi presiden yang terus diperketat setiap tahun!"

"Penghasilan pajak pada tahun terakhir ini telah mencapai Rp1.000 triliun/tahun!" timpal Umar. "Tapi sayang, penggunaan pajak itu masih didominasi untuk kenikmatan penguasa (politikus) dan birokrat (belanja pegawai), yang pada mayoritas daerah lebih 70 persen dari APBD! Dari 30 persen sisa anggaran yang untuk publik, tak sampai 2 persen dari total anggaran untuk pertanian dan tanaman pangan!" 

"Begitulah nasib petani, diisap lewat harga komoditasnya, tak diberi cukup vitamin pula dalam anggaran nasional dan daerah!" tukas Amir. "Jadi, secara nyata petani dan buruh jadi korban konspirasi tiga monster—kapitalis yang mengeruk laba dengan menggaji buruh murah hingga harus disubsidi petani dengan pangan murah, lalu penguasa (politikus) dan birokrat yang melahap nikmat lebih besar pajak hasil kebijakan buruh dan beras murah!" 

"Itu penyebab proses transformasi dari agraris ke industri amat menyakitkan buruh dan tani negeri kita yang ditindas, tumbal mencapai pertumbuhan ekonomi yang cuma dinikmati para monster dan kelas menengah yang diuntungkan sistem!" timpal Umar. 

"Nikmat dan kemapanan birokrat menjadi dambaan kaum muda—mematikan kreativitas yang dibutuhkan untuk mendorong kemajuan bangsa! Mandulnya kreativitas akibat kaum muda berjubel di antrean rekrutmen birokrat, bisa membuat bangsa kian jauh tertinggal dari kemajuan bangsa-bangsa lain!" ***

0 komentar: