Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

APEC dan Malapetaka Gagal Bayar!

"OPTIMISME kerja sama Asia-Pasifik (APEC) di Bali untuk mampu mengatasi pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan mewujudkan pertumbuhan berkeadilan pada 2020 diadang bayangan malapetaka gagal bayar utang Pemerintah AS, akibat konflik politik Republik-Demokrat tak teratasi hingga batasan utang negaranya tak bisa dinaikkan ke atas 16,7 triliun dolar AS pada 17 Oktober!" ujar Umar. 

"Gagal bayar utang Pemerintah AS bisa lebih buruk akibatnya pada awal penyegaran tekad APEC mengatasi pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia!" tegas Amir. "Karena, langkah penyegaran APEC baru bersifat konsolidasi gagasan, sedang gagal bayar utang AS nyata labrakannya ke sendi-sendi penggerak ekonomi dunia! Peningkatan gagasan APEC ke tahap implementasi pun bisa terganggu!"

"Shutdown pelayanan Pemerintah AS akibat sengketa anggaran negaranya, yang telah memasuki pekan kedua sejak tahun fiskal baru 1 Oktober, kini dampaknya sudah mengimbas ke pasar domestik negeri itu!" tegas Umar. "Bukan saja pasar saham mulai ikut melorot terseret arusnya, kesulitan 800 ribu pegawai negerinya yang dirumahkan tanpa gaji juga mulai memikat tayangan media! 

Dilengkapi gagal bayar utang negara AS, malapetaka baru bisa dibayangkan dampaknya mendunia!" "Bandingannya 2008, sebuah perusahaan besar AS gagal bayar kewajibannya, secara berantai menyeret sejumlah perusahaan besar lainnya dan mengimbas jadi krisis global!" timpal Amir. "Apalagi kalau Pemerintah AS yang gagal bayar utang negaranya! 

Dampaknya jelas bisa lebih buruk! Malapetaka itu yang harus diatasi APEC, tak cuma lambatnya pertumbuhan ekonomi!" "Masalahnya, apa tak mungkin malapetaka gagal bayar utang AS itu dihindarkan?" tukas Umar. 

"Artinya, para pemimpin AS yang sedang adu keras hati bisa sedikit melunak, rela mengorbankan sedikit kepentingan politiknya demi kepentingan bangsanya agar terhindar dari krisis, atau demi menghindari dampaknya yang lebih luas pada ekonomi dunia?" 

"Kayaknya susah mengharapkan siapa yang lebih dahulu mau mengalah!" sambut Amir. "Sebab, kata Menlu AS John Kerry di Bali (Kompas.com, 5/10), sejarah mencatat shutdown itu unjuk kebodohan para pemimpin AS! Orang bijaksana yang mau mengalah, sedang orang bodoh tak kenal mengalah!"

0 komentar: