"HASIL survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) mencatat konsumsi masyarakat menurun!" ujar Umar. "Pada September 2013 indeks penjualan eceran turun 14,,3 persen (month to month/mtm). Itu penurunan tajam dari pertumbuhan 11,6 persen (mtm) pada Juli 2013, menjadi 3,2 persen (mtm) pada Agustus 2013! Berarti Juli ke September konsumsi merosot 29,1 persen!" (WE.co.id, 12-10)
"Sekilas penurunan konsumsi itu wajar karena Juli dan Agustus merupakan puncak belanja tahunan masyarakat Indonesia dalam rangka puasa Ramadan dan Idulfitri!" timpal Amir.
"Tapi BI terkesan mewaspadai penurunan yang terlalu terjal itu, karena saat bersamaan Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat deflasi September 2013 sebesar 0,35 persen yang pertama terjadi selama 12 tahun terakhir! Jadi, ada gejala penurunan konsumsi kebablasan!"
"BI wajar mengkhawatirkan, karena konsumsi masyarakat merupakan andalan pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan lebih 50 persen PDB!" tegas Umar.
"BI sudah memberi catatan kekhawatiran itu sejak indeks penjualan eceran Agustus 2013 yang hanya tumbuh 1,3 persen (year to year/yoy) dibanding Juli 2013 tumbuh 15,2 persen (yoy)! Bahkan pada Agustus 2012 tumbuh 10,6 persen (yoy)."
"Layak dikhawatirkan, kenaikan harga oleh inflasi akibat kenaikan harga BBM 17 Juli bisa dipikul masyarakat demi puasa dan Lebaran! Dan itu diatasi baik lewat tabungan sepanjang tahun maupun kredit yang harus ditanggung pembayarannya setahun ke depan!" tukas Amir.
"Namun, setelah itu, mulai September, daya beli masyarakat benar-benar tumpas! Kalau sampai gejala tersebut yang terjadi sehingga penurunan konsumsi berlanjut, jelas akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan ekonomi—yang tanpa tambahan gejala ini pun memang sedang melambat!"
"Untuk itu, BI tidak mengada-ada khawatir atas terjun bebasnya indeks penjualan eceran 29,1 persen dari Juli ke September 2013 dan deflasi 0,35 persen pada September 2013, karena hal itu menambah kompleks masalah pelambatan pertumbuhan ekonomi, ruwetnya simultan!" timpal Umar.
"Apalagi jika masalah utamanya kemerosotan daya beli masyarakat, yang peningkatannya hanya bisa dilakukan lewat pertumbuhan ekonomi yang tinggi—padahal realitasnya justru sebaliknya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar